03/06/07

"KEMESRAAN" ITU SINGGAH DI REX PEUNAYONG

Serambi Indonesia/3 Juni 2007



Malam Minggu lalu, ketika detak waktu persis pada 22.00 WIB, nyaris tak ada lagi tempat duduk di Rex, Peunayong. Kawasan jajanan malam di jantung kota Banda Aceh itu terkesan lebih hidup dari malam-malam ke belakang. Tak pelak lagi, ajang ini bagai sebuah reuni antarseniman, pejabat publik, aktivis publik. Kalau Pak Gubernur dan Pangdam Iskandar Muda tak tampil lantaran dinas luar kota , tetaplah hadir sosok yang mewakilinya. Pantas saja orang-orang berwajah cerah. Ini pertemuan istimewa. Bagi yang tak melihat pembesar polan atau eksekutif polin, ini kesempatan. Begitu kira-kira.

Suara Udin Pelor yang menggelegar bagai menghipnotis penonton menyaksikan Malem Diwa D’Tround (Semalam Bersama Penyair Hasbi Burman). Warga yang tadinya di lokasi seberang lingkungan Rex, sama-sama merapat melayangkan pandang ke Tugu Rex dengan panggung ditata sangat sederhana. Lima menit untuk seremoni pembukaan, 20 menit penayangan film dokumenter perjalanan kepenyairan Hasbi Burman. Selebihnya parapesohor, seniman baca puisi. Malam itu ada dua perempuan Aceh yang menjadi “bintang”. Istri Gunernur NAD, Darwati Abdul Gani, dan Hj Illiza Sa’aduddin Djamal, Wakil Walikota Banda Aceh.

“Sebenarnya saya tidak bisa baca puisi. Tapi… baca puisi? Siapa tahut,” tantang Darwati, penuh percaya diri. Seolah ingin membuktikan, walau bukan jebolan sekolah seni, toh dia berani unjuk aksi di hadapan khalayak seniman dan pengunjung Rex . Betul, Darwati mendapat support tepukan atas tantangannya itu. Dengan suara lantang plus air muka menyemburatkan semangat, Nyonya Irwandi Yusuf pun menyuarakan Elegi yang ditulis Hasbi Burman pada 30 Januari 2005.

Darwati yang didampingi Serambi, adalah pembuka sesi baca puisi karya Hasbi malam Minggu kemarin. Kendati saat itu sudah pukul 22.30 WIB, pengunjung Rex yang hampir seribu orang tak beranjak. Ketika Illiza tampil dengan penyair D. Keumalawati, waktu sudah lewat tengah malam. Namun penonton masih belum meninggalkan Rex, meski ada yang hanya bisa berdiri melingkari arena.

Manakala Illiza mengomentari Malem Diwa D’Tround (Semalam Bersama Penyair Hasbi Burman) yang positif, lalu bersimpati kepada seniman dan kondisi Rex plus merasa perlu memerhatikan tempat bersejarah masa Belanda itu, deru applaus terdengar seperti koor. Walau bukan sebuah janji , seolah Illiza telah mengatakan sesuatu yang bukan kabar kabur. Tak heran, setelah Illiza turun panggung, Udin Pelor pun bolak balik melontarkan sentilannya, “Kalau saja apa yang dikatakan Buk Illiza menjadi kenyataan, Allah Hai Po teukeudeh, u keue baksang ka makmu kamoe seniman nyoe. Ka meusaneut Rex nyoe.”
Agaknya panitia memang tak salah memasang Udin Pelor sebagai pemandu acara. Seperti biasa komedian masyhur Aceh ini nyatanya membuat acara
mengalir secara konvensional, layaknya pertunjukan rakyat jelata. Tidak ada protokoler, resmi-resmi, apalagi pengawalan yang menyolok. Meruntun acara pun, Udin sebentar-bentar menanyai panitia panitia, apalagi yang harus dikatakannya. Tapi justru kekonyolan itu turut meramu panggung hingga memnacing gerrr pengunjung. Yang senyum dan tertawa lepas.

Faktanya, malam Malem Diwa D’Tround (Semalam Bersama Penyair Hasbi Burman) memang segar. Bagi kelompok muda BRR NAD-Nias yang patungan rupiah pribadi menggelar Malem Diwa , boleh jadi membidik malam itu menajdi “sasana” rekreatif. Hitung-hitung bisa mengendurkan “saraf stress” mereka yang sudah berusaha kerja bagus lewat BRR NAD-Nias, tapi terus disorot publik itu. Selebihnya tentu berbagi cinta dengan Hasbi Burman, dan seluruh pengunjung yang bahkan sejumlah bule. Kelihatan juga warga Sigli, Lhokseumawe, dan Aceh Besar.

Seperti kata Ketua Panitia, Irfan Sofni, acara apresiasi bagi penyair Hasbi Burman adalah juga sebagai penyejuk hati, acara kita semua, walau makan minum bayar sendiri. Memang kesannya akrab, ada kemesraan dan cinta dalam arti kebersamaan di dalamnya. Sangat jarang masyarakat awam, seniman, pejabat, duduk berbaur di kawasan jajanan bukan kelas menengah seperti Rex. Percayakah Anda bila ada pembesar Banda Aceh yang tidak pernah duduk di Rex? Terserah. Anda Tapi malam itu Rex yang pernah diamuk tsunami menjadi bergengsi. 

Padahal di antara berkas sinar yang menebar dari panggung, sekali-kali tampak debu menebar dari lantai Rex yang bukan lantai semen apatah lagi terbuat dari keramik. Tapi toh, faktanya di setiap pojok ada orang-orang penting Banda Aceh/Aceh Besar yang duduk tanpa risih di tengah publiknya, di alam terbuka dengan kursi-kursi plastik plus jajanan lapis bawah.. Di situ pula menyebar rakyat biasa yang tidak berembel-embel pejabat tak kalah santainya. Tidak ada shaf depan atau belakang apalagi kelompok terkotak-kotak. Sama berpakaian santai, sonder berkostum safari, apalagi batik, dan brokat mengkilap. Tak ada lambang penguasa, tak ada lambang selebriti. Hanya ada kebersamaan dan kemerdekaan. Bergelak-gelak bersama, berteriak bersama, bertepuk bersama. Entah karena sepoi malam dengan bulan setengah penuh dan tak begitu mendatangkan embunnya, atau lantaran radius 50 meter kawasan Rex bebas dari kendaraan apapun maka kondisi “sama rasa” pejabat dan jelata itu terlahir?

Atau karena Hasbi, penyanyi Rafly Kande (bintang tamu), dan Udin Pelor , berkali-kali menguatara kalimat-kalimat perenungan yang sempat dikeplok meriah yang membuat kita kadang bertafakkur sendiri? Dengarlah apa kata trio seniman kita kemarin malam. “Kita ini bangkai. Kita ini akan pulang kepada-Nya, ingat itu,” kata Hasbi. “Tidak ada gubernur, tidak panglima, tidak juga kapolda. Mandum kon. Menunyo hana betoi man-man dum teuh di hayon le geumpa lom, digulong le tsunami! Han neupateh? Neulakalon keudroe neuh. Kita adalah sama,” teriak Udin Pelor yang hampir sepanjang acara memberondong pelor-pelor komedinya, hingga banyak orang terpingkal. Sekali-kali Rafly, dengan suara tenangnya berseru pula, “Subhanallah…subhanallah…subhanallah. Indahnya malam ini.” Penyanyi kondang ini pun mampu membetahkan penonton dengan lagu religi yang dinyanyikan dengan oktav tingginya. Terkesima juga penonton oleh kolaborasinya dengan Hasbi, mendendang Engkau Laksana Bulan Cipt. P Ramlee. Tentu sekali-kali publik tersenyum juga lantaran Hasbi yang bukan penyanyi suaranya “berkeliaran” ke luar dari nada asli. Untunglah Rafly mahir mengatasinya. 

Tidak ada yang konyol di malam bebas berapresiasi tersebut. Saking tak resminya Malem Diwa D’Tround berakhir pukul 03.00 WIB. Bagaimana tidak? Banyak sosok yang nimbrung, sebut saja antara lain Ketua DPRD NAD, Ketua DPRD Aceh Besar, Kepala BI Lhokseumawe, Dawan Gayo (KPA), aktivis Aguswandi, Muhammad (SIRA), Dahlan TH (AcehTV), Kapoltabes Banda Aceh, dan orang-orang BRR NAD-Nias Teuku Kamaruzzaman, Mirza Keumala, Rufriadi, T Safir Iskandar, Agus Kuncoro, Fuad Mardhatillah, belum lagi belasan orang CS-nya Jauhari Samalanga (produser Malem Diwa D’Tround). Dari kalangan seniman sendiri ada puluhan orang.

Hampir pukul 02.00 WIB Istri Gubernur Irwandi dan Wakil Walikota Banda Aceh baru meninggalkan Rex. Mungkin Malem Diwa D’Tround memang membetahkan, memberikan kegembiraan, kedamaian, kejujuran, dan cinta. Sudikah Buk Darwati dan Buk Illiza mem-backup semian, si kelompok minoritas ini? Seperti harapan penyelenggara, semoga Rex tak hanya ditongkrongi Presiden Rex yang kini beranjak manula. Bisakah muncul Hasbi lain dalam versi seniman yang “dimesrai dan dikasihi” pemerintah? Semoga pertanyaan itu tak hilang begitu saja dalam keremangan Rex. Somoga pula para pedagang jajanan di Rex bisa meraup untung rata-rata hingga 25 % dari omset kesehariannya, seperti yang terjadi dalam “kemesraan” Malem Diwa D’Tround di Rex.

Nani.HS


Tidak ada komentar: