14/05/07

HAJI UMAR, SI PEMARAH ITU

SERAMBI INDONESIA
13/05/2007 08:21 WIB

KEMARIN, matahari memang sedang naik. Tak ada mendung yang menggantung. Tapi jangan heran kalau beberapa pelalulintas jalan samping kanan Serambi, berhenti dan betah melongok ke arah kantor. Pasalnya, Haji Umar (Haji Uma) dengan sengitnya mengejar sembari menghujam parang bengkoknya (kawet) ke pundak Bang Joni alias Apa Kapluk alias Abdul Hadi. Kadong, kadong… Ka pikee soe nyoe? Haji Uma nyoe, hardik Haji Uma yang mulai berpeluh dan ngos-ngosan.

Sejumlah penonton yang berdatangan hingga ada yang parkir di ujung halaman depan Serambi, sempat tegang . Malah ada yang nyeletuk, Hati-hati Bang Joni. Parangnya sudah dekat. Lalu sejumlah pemuda tetangga kiri Serambi yang memanggil-manggil Bang Joni juga kena bentak. Soe hoi-hoi Si Joni hah? Secara reflek yang memanggil-manggil pun terdiam, surut dari pagar. Namun tak sedikit orang, termasuk keluarga besar Serambi yang mengikuti perkelahian anak manusia dari Lhokseumawe itu, tak termakan kejengkelan Haji Uma, bahkan mereka bertambah terpingkal saat itu. Tontonan apa gerangan? Itulah sepenggal drama hasil rekayasa photografer Serambi Indonesia, Hari Teguh Patria. Saking wajarnya berakting, ada yang mengira Umar benar-benar marah. Untuk film produk daerah apalagi dengan pamain otodidak, faktanya Umar berhasil mencuatkan watak Haji Uma, bukan trik kamera rupanya.

Sepanjang wawancara di Serambi News Room Mns. Manyang PA, Aceh Besar, Haji Umar alias Umar Pradana (33) tak henti melontar gregetnya. Sebutlah, ketika dia marah manakala Abang Joni menyela kalimat-kalimatnya. Ini sempat memunculkan reaksi gerrr teman-teman di Serambi saat wawancara. Di Banda Aceh pih mita karu. Kon bek ta peudeuh pruet droe teuh. Lon teungoh wawancara nyoe. Silakan Buk tanyong lom, kata Umar tak tampak mimik selorohnya. Lagi-lagi suara gerrr. Atau tatkala Haji Uma sedikit-sedikit berpantun. Contohnya ketika ditanya kemana Yusniar? Kenapa tak datang bersama anak perempuan sematawayangnya itu? Yusniar ho? Pane jeut tapeusapat on ranub ngon kameng. Takheun kameng han deuk, watee silap kon ikap chit sigoe, jawab Umar dengan gaya dan aksen Haji Uma (Yusniar mana? Mana bisa disatukan daun sirih dan kambing. Waktu khilaf kan dimakannya juga sekali). Umar juga akan berkata, hamdan syukran lillah, tafaddhal, thoyyib- thoyyib, bagi yang baru datang menyimak wawancara.

Umar di luar film memang handal berpantun? Sah-sah saja. Kecuali ia memang cinta sekali dengan kesenian Aceh, sebelum membentuk kelompok Preman Gampong, masa lalu komedian ini tak lepas dengan produk kesenian berbahasa Aceh. Bersama Abdul Hadi (Bang Joni), Umar yang pernah menyiar di radio swasta di Bayu Aceh Utara ini, membuat skrip untuk sandiwara radio, sebanyak 300 episode sakaligus merangkap pemain. Sebelum ia dikenal luas seperti sekarang, Umar juga seorang penda´i kelas Lhokseumawe, tak luput dari pantun-pantun islami.

Kenapa Umar handal pula marah-marah? Itu kan tuntutan skenario. Film itu bagi saya kan hutan. Saya harimaunya. Harimau dalam hutan kan buas, papar Umar yang berpesan kepada masyarakat, bahwa dirinya dalam keseharian tak sebuas Haji Uma. Hingga episode Eumpang Breueh 3, Umar berusaha main total. Dia menyukai tantangan lakon Haji Uma. Hasilnya seperti Anda lihat. Namun, kendati dalam Eumpang Breueh akting Umar dan Abdul Hadi jauh dari kesan dibuat-buat, namun pengakuan Umar, itu tak mudah baginya. Mana bisa saya marah- marah sedangkan saya tiba-tiba harus marah? Tapi saya mesti berakting maksimal. Akhirnya saya punya kiat untuk itu. Sebelum syuting, saya olahraga kecil dulu, lari-lari.

Watee acara tak bak pisang, salah le salah le. Rap sikhan uroe salah laju-laju. Lheuh nyan, watee plueng bhum meupok bak pisang, bham reubah, nyan keuh baro beungeh lon. Nyan ka ilhap lon, karna ka saket. Nyan yang pah, lon ngieng jih (Joni-red) laju lon mamoh, ungkap Umar.

Untuk membangun emosinya, suami dari Nurhasanah dan ayah dari Khalil (5,5) ini, harus rela kesakitan lantaran aktingnya. Umar mengaku sudah biasa dengan luka-luka kecil dari syuting. Misalnya ketika dia menyepak kaleng cat. Atau waktu menyampak sepeda ke dalam sumur. Sempat juga bibir Umar pecah pada bagian membawa lari tangga. Itu di luar perhitungan umar hingga bagian sepeda menghantam kepalanya. Sakiiit sekali. Rasanya saya minta syuting distop dulu. Tapi mana mungkin, akting sedang jalan.

Tentang peran antagonis yang sudah menjadi ikon bagi masyarakat bila ketemu dengan orang berkarakter seperti Haji Uma itu, Umar antara terkesan positif dan tidak. Positifnya, dia merasa aktingnya cukup berhasil. Namun agak risih juga ia memerankan Haji Uma. Tapi itu hanyalah suatu lakon yang serius. Saya bangga jika bisa malakoninya dengan total. Cerita ini kan tidak hanya terbentur di situ. Nanti masyarakat kan bisa tahu sampai ke ujungnya. Mereka bisa tahu siapa Haji Uma sebenarnya.

Namun yang paling membuat Umar kapok, ketika melakoni Haji Uma yang mengejar Joni dan Mando Gapi (Sulaiman) dalam jarak 1,5 km. Umar keletihan, sampai tercampak lemas dan gemetar. Syuting harus di-break hingga tiga jam. Mana saya sudah jarang berolahraga. Bisa dibayangkan bagaimana napas saya ketika itu, kenang Umar yang bila tanpa kacamata, kopiah, uban, kumis putihnya, handuk dan kain sarung hijau, nyatanya lebih muda. Maklum kelahiran Kandang Aceh Utara 1973 ini harus menyesuaikan diri dengan kastingnya. Ia mengakui keterkenalan memang tak murah harganya.

Pria yang sehari-hari berprofesi sebagai teknisi jaringan internet ini berharap Eumpang Berueh 4 nanti tetap bisa diterima masyarakat. Sebab Umar Cs tetap ingin berbuat bagi kesenian Aceh. Sebab untuk bidang penulisan skrip sandiwara radio sudah vacum, lantaran belum ada pihak penyandang dana yang berusaha mengaktualisasikan karyanya. Menyo meugep-geb jaroe meu ek igo. Menyo jeumot jaroe meukeureuja nyan tentee meuteumee raseuki, ucapnya Umar optimis. yang penting usaha, begitu kira-kira.

Nani.HS



Tidak ada komentar: