27/01/13

PINANG PERANAKAN MANSION, SEKELUMIT SEJARAH

Fam Trip ke Penang
Serambi Indonesia/Minggu, 27 Januari 2013 08:27 WIB

SERAMBI/NANI HS
PEMANDANGAN di ruang tengah lantai I Penang Peranakan Mansion, Pulau Pinang, Malaysia. Penang Peranakan Mansion sebelum dijadikan museum, dulunya rumah Kapitan Cina bernama Chung Keng Kwee, yang dibangun tahun 1890-an, dan memiliki 1.000 benda bersejarah.

Berita Terkait
Mini Travel Mart, Sebuah Cara Menjual Pariwisata?
Pesona Pasar Malam Bukit Peringgi

KETIKA bus travel yang membawa rombongan Program Lawatan Suaikenal (Fam Trip) Tourism Malaysia-Firefly, 21-23 Januari 2013 masuk ke Jalan Gereja (Lebuh Gereja/Church Street) No 29.10200 Penang, Malaysia, langsung tour guide kami, Md Rosli bin Saaid, mengatakan, “Sekarang kita ke Peranakan Mansion ya.” “Lho, kita ke rumah bersalin maksudnya Pak?” tanya seseorang dalam bus, dan membuat gerrr penumpang lain.
Ternyata bukan rumah bersalin. Rosli lalu mengurai sejarah Pinang Peranakan Mansion. Nun abad 19, seorang Tionghoa datang ke Malaysia. Dialah Kapitan Cina bernama Chung Keng Kwee, seorang penambang timah hakka, dan pemimpin organisasi rahasia Hai San.

Ia diketahui menikah dengan perempuan pribumi. Waktu itu mereka dijuluki sebagai Mama-Baba, sebagai penurun kaum peranakan Cina-Malaysia. Inilah cikal bakal turunan Cina di Malaysia. Kabarnya Sang Kapitan tak kembali ke lagi ke istri pertamanya (dan seorang anak mereka) di Cina. “Nah, kita sudah sampai. Ini Pinang Peranakan Mansion, Rumah ini dibangun pada tahun 1890-an. Walaupun sudah direnovasi, arsitektur luar dalamnya sama seperti aslinya,” jelas Rosli. Rumah pusaka yang telah dijadikan museum ini, panel-panelnya terbuat dari kayu berukiran Cina, besi ukirnya gaya Skotlandia, ubin lantai dasarnya mengadopsi gaya Inggris).

Memasuki halaman Pinang Peranakan Mansion dua orang lelaki berseragam lengan pendek dan celana panjang warna hijau pupus menyapa kami dalam bahasa Inggris. Lalu menempelkan stiker bulat hijau dengan gambar hampir seperti kalpataru yang ditimpa tulisan Pinang Peranakan Mansion, di bahu kami. Seperti tertera di gerbang masuk, bersisian dengan foto-foto keluarga Chung Keng Kwee, dalam bingkai kaca ukuran hampir 1x2 meter.

Sebelum melangkah ke pintu masuk, kita seperti terseret ke masa silam, menemui bangunan khas Cina berpadu arsitektur Inggris. Menyaksikan ruang demi ruang Pinang Peranakan Mansion dengan segala isinya ini, bisa kita bayangkan, betapa kayanya Chung Keng Kwee waktu itu. Rumah hampir sebesar bangunan utama Pendopo Aceh tersebut, bagian dalamnya terbuat dari kayu berukir yang tinggi nilai estetikanya.

Gemerlap ruang tengah lantai dasar, kental khas Cinanya. Seperti di film-film kerajaan Cinalah. Dua tanaman bonsai tua kelihatan apik di dua sudut. Ruang tengah itu ada sekitar 4x4 meter, dikelilingi tiga ruang lain, yang masing-masing memuat berbagai koleksi pemilik rumah. Satu di antaranya dijadikan toko dengan aneka barang khas Cina yang diperjual-belikan. Misalnya buku-buku, pernak-pernik, bakal pakaian, dan souvenir seperti mangkuk.

Ruang lainnya berisi beberapa model mesin jahit kuno, baju cheongsam, kebaya Cina, sarung batik Cina, dan sebuah tempat tidur yang sangat tradisional Cina, baik dari segi model kelambunya, sarung bantal kepala, dan guling, maupun warna-warna tirai.

Di pojok lain, satu lemari setinggi dinding berisikan sandal sepatu tempo dulu, peranti dandan, perabotan tamu dan dapur seperti peralatan makan, bouvet, kopor, tas kerja (mungkin yang pernah dipakai keluarga Chung Keng Kwee).

Kita harus buka sepatu untuk naik ke lantai dua, melalui tangga kayu yang pegangannya padat ukiran. Antara lantai I dan II, kita tetap terhubung pandangan, karena ruang tengah tidak berplafon, hanya diberi pagar kayu ukir, layaknya arsitektur masjid. Di atas, ruang terbuka pertama di depan tangga, ditempati tiga lemari besar berisi aneka keramik. Antik, unik, dan tampak autentiknya. Kalau yang melihat kaum hawa, sudah pasti berdesis kagum. Barang-barang tipe maskulin, disusun dalam lamari lain. Putar ke kanan, terdapat kamera intip model kuno, hampir seukuran orang membungkuk. Setelah itu sebuah ruang besar dengan kursi-kursi antik dengan dinding bergantung foto-foto seukuran poster (Kapitan dan istrinya), dan foto hitam putih bingkai normal, memperlihatkan para perempuan dan laki-laki. Juga ada ruang tidurnya.

Kalau hendak menyimak detail semua benda yang ada di Pinang Peranakan Mansion, tentu tak bisa hanya setengah jam seperti kunjungan kami. Sebab di tempat bersejarah Cina itu, ada 1.000 jenis benda. Kalau tertarik datang sajalah, setiap pukul 09.30-05.00 sore. Yang jelas, dengan bekal uang masuk 10 RM per orang (anak di bawah 6 tahun gratis), kita sudah bisa menjelajah kekayaan budaya abad silam. Pinang Peranakan Mansion memang sebuah sejarah kehidupan. Paling tidak, bisa membaca lifestyle-nya seorang Kapitan Chung Keng Kwee. 

Nani.HS

Tidak ada komentar: