SERAMBI INDONESIA
16/03/2005 08:18 WIB
BEGITU rombongan Force for Nature memasuki halaman SD Tanjung Selamat di Jalan Miruek Taman, Kecamatan Darussalam, Aceh Besar, Selasa (15/3) siang, seorang wanita bule jangkung tiba-tiba menjadi pusat perhatian.
Siapakan dia? Apakah wanita itu termasuk dalam rombongan selebriti yang ditunggu-tunggu sejak pagi? Ternyata bukan. Banyak orang yang kecele. Wanita jangkung yang terus mengumbarkan senyum adalah Karen Brooke.
16/03/2005 08:18 WIB
BEGITU rombongan Force for Nature memasuki halaman SD Tanjung Selamat di Jalan Miruek Taman, Kecamatan Darussalam, Aceh Besar, Selasa (15/3) siang, seorang wanita bule jangkung tiba-tiba menjadi pusat perhatian.
Siapakan dia? Apakah wanita itu termasuk dalam rombongan selebriti yang ditunggu-tunggu sejak pagi? Ternyata bukan. Banyak orang yang kecele. Wanita jangkung yang terus mengumbarkan senyum adalah Karen Brooke.
Dia adalah panitia pelaksana acara dan sekaligus Partner President Brooks Bower, dan staf World Food Programme (WFP). Lalu, kenapa dia yang jadi perhatian? Begitu sampai, dia langsung mengangkat kedua tangannya sembari dengan lantang dan ceria menyapa hadirin, Halo, apa kabar?
Beberapa fotografer juga sempat kecele dan langsung menyepret kamera ke arah wanita yang sejak bencana tsunami terjadi pada 26 Desember lalu, sering bolak-balik ke Aceh dan beberapa negara lain. Ternyata, wanita itu bukan tamu yang ditunggu-tunggu.
Begitupun mendapat sapaan demikian, para guru, seratusan anak SD, orangtua murid dan undangan lain, langsung menjawab secara koor, Baik. Lalu, terdengar tepuk tangan seirama ceremony penyambutan dimulai. Karen tetap menunjukkan antusiasnya ketika tujuh murid menarikan Ranub Lampuan.
Di antara rombongan yang terkagum-kagum akan tari tradisional Aceh untuk menyambut tamu itu, ada seorang perempuan yang tercuekin atau terabaikan. Padahal, wanita bertubuh gempal itu bukan sembarangan. Dialah putri bungsu Perdana Menteri (PM) Malaysia. Nori Abdullah namanya.
Tampilannya yang sangat sederhana membuat istri Khairy Jamaluddin ini tak sedikitpun terkesan sebagai orang terkenal, semisal William Adams ––penyanyi kulit hitam, atau bintang film Michelle Yeoh yang ikut dalam rombongan. Malah, Nori berada di barisan belakang saat para selebriti lain menyaksikan anak-anak menari.
Tak lama kemudian Yeoh ––bekas gadis James Bond dalam film Tomorrow Never Dies, yang mengenakan topi lebar dan berkaca mata rayban, blus kaus berkembang di dada dipadu jeans dengan bunga tambalnya, dikenali sebagai bintang film. Katanya yang pake topi itu, bintang film Amerika, bisik seorang perempuan kepada temannya.
Mereka tidak menggunjingkan Nori yang sebenarnya termasuk tamu agung. Nori dengan raut mendekati Tionghoa nyaris tak berdandan, memang kelihatan bagai tamu biasa dari rombongan itu. Dia seperti terlupakan. Pada awalnya,Tidak ada yang menghiraukan wanita itu.
Perempuan yang menikah tiga tahun lalu dan belum punya momongan, begitu pudar dalam blus putih semi kemeja plus celana kain warna biru, dan kepala dibungkus kain semacam scarf warna pink mendekati putih.
Sah-sah saja kalau khalayak tak mengenalinya. Kaum ibu yang hadir ke SD Tanjung Selamat sejak pukul 10.00 Wib, hanya tahu bintang film Jacky Chan lah yang bakal hadir ke desa mereka. Itu mereka dengar dari mulut ke mulut, di kedai yang tak jauh dari lokasi sekolah.
Mereka sengaja datang karena hendak menatap langsung bintang laga kesayangan yang sudah go Hollywood itu. Bahwa orang Malaysia pun datang, awalnya disangka PM Malaysia Abdullah Ahmad Badawi, bukan putrinya.
***
KETIKA rombongan mendekat untuk menyaksikan tarian Ranub Lampuan, Nori malah tercecer di belakang. Dia melongok-longok untuk berada di baris depan dengan tamu terhormat lainnya. Artinya, dia sempat berdesakan dengan hadirin lain.
Malah, dia sempat berdesak-desakan di antara rombongan. Barulah beberapa saat kemudian ia berada di sebelah kanan Ny Mutia Azwar Abubakar dan bisa melihat tarian yang diperagakan dengan cukup apik oleh anak-anak berpakaian adat Aceh, dengan leluasa.
Saat tarian sedang berlangsung Nori masih sempat terseret-seret di antara para rombongan dan warga sekitar. Usai tarian, beberapa anggota rombongan memberikan uang kepada para penari yang mendekat dengan sirih dalam cerana. Terlihat Nori menjatuhkan uang lembaran Rp 1.000 ke sebuah cerana.
Entah tak ada persiapan atau memang disengaja. Acara pembelian sirih anak-anak dara cilik yang menari tidak terorganisir. Malah, untuk membeli ranup dari bocah-bocah itu, terpaksa uang beberapa orang disitu cepat-cepat dikumpulkan untuk dimasukkan ke cerana.
Terlihat seorang perwira TNI sibuk membagi-bagikan duit kepada para penari. Sedangkan, beberapa selebriti ––seperti Yeoh dan William–– yang ikut dalam rombongan terlihat kebingunan. Tetapi, mereka ada juga menjatuhkan duit dalam cerana. Nori yang berada pada barisan kedua juga membeli ranup, tapi dia tak kebagian sirih.
Nori memang sosok sederhana, ramah, keibuan namun bersemangat bila diajak berbicara. Ketika duduk berlesehan dalam upacara kunjungan ke SD yang kehilangan seorang guru dalam tsunami dan menyisakan 32 yatim tersebut, Nori tetap bersahaja dan tak canggung seolah dia sudah terbiasa duduk ala rakyat jelata itu.
Sekali-kali wajahnya tampak haru ketika kepala SD memberikan kata sambutannya. Ketika seorang murid membaca puisi tentang tsunami dan saat sekelompok anak SD menyanyikan lagu soal musibah gempa dan tsunami dalam bahasa Aceh, Nori hanya terlihat diam, seorang ingin meresapi musibah yang menimpa Aceh.
Saya seperti merasa di kampung sendiri. Ibu guru tadi tak ubah bicara seperti guru saya dulu. Masakan Aceh mirip masakan negeri saya. Saya baru sekali ini ke Aceh, tapi saya sangat terharu. Saya ingin berbuat sesuatu, kata Nori dalam logat Malaysia sembari menyatakan lebih suka segala sesuatu menyangkut sosial.
Ketika Serambi meminta pendapatnya ihwal upaya yang harus dilakukan untuk perempuan Aceh yang dilanda tsunami, dia berujar, Saya kira, kita harus berusaha mengembalikan keberdayaan, daya juang, dan rasa percaya diri perempuan Aceh, baik sebagai ibu rumah tangga, selaku pendidik anak-anaknya perempuan yang mengemban profesi lainnya. Saya adalah perempuan yang berperasaan sama dengan perempuan lain.
Perempuan sebenarnya orang yang kuat. Kami sebagai perempuan pun jika dapat memberi bantuan walaupun sedikit, mungkin mereka yang kami bantu dengan sendirinya dapat membangun kembali kehidupannya. Karena baik sebagai perempuan atau sebagai seorang ibu, perempuan sangat banyak perannya. Maka kami ingin membantu mereka untuk dapat melaksanakan peranan ini dengan baik. Kita sebagai kaum perempuan bukan saja ibu atau pengasuh semata, kata Nori bersemangat.
Dia yakin, perempuan Aceh akan mampu bangkit lagi dan dapat menjadi dirinya kembali. Karena Nori melihat semangat itu masih tetap ada menyala di tengah rakyat Aceh. Semangat wanita Aceh memang telah dibuktikan sejak dulu. Kini perempuan Aceh harus bangkit bersama kaum pria untuk menata kembali daerah ini yang porak-poranda akibat bencana.
***
DI sela-sela kunjungannya itu, Nori juga sempat mengatakan bahwa ia tak suka peperangan. Saat Serambi menanyakan tentang perasaannya ke Aceh di saat hubungan Indonesia dan Malaysia tak kondusif karena masalah perbatasan, Nori mengaku tidak takut.
Ah, saya tak takut. Saya dan yang lain datang karena kemanusiaan. Saya datang dengan niat baik. Saat ini, kami datang untuk meninjau dan melihat apa yang diperlukan orang Aceh. Lalu kami diskusikan. Tujuan kami kesini juga untuk menjalin hubungan dengan Indonesia sekaligus memberi bantuan secara berkesinambungan dalam jangka panjang untuk korban tsunami di Aceh, tuturnya.
Selain Aceh, mereka yang tergabung dalam Force of Nature juga akan ke negara lain yang terkena tsunami. Tapi kami ke Aceh dulu karena hati kami di sini. Diharapkan dengan kedatangan kami kali ini kami bisa mendiskusikan bagaiaman caranya bisa membantu Aceh. ucapnya.
Tapi Nori kan anak Perdana Menteri Malaysia. Apa tak takutkan kalau terjadi sesuatu? Saya kan cuma putri Perdana Menteri. Bukan apa- apa. Sekali lagi saya ke Aceh untuk amal, lewat Force of Nature, katanya lagi sambil berderai tawa.
Ketika ditanya bagaimana menurut dia menyelesaikan ketegangan antara Malaysia dan Indonesia menyangkut masalah blok Ambalat, dia tak mau berkomentar. Menurutnya, ia tak punya kapasitas berkomentar tentang masalah itu.
Dia mengaku tak suka bicara perang dan merasa aman-aman saja berada di Aceh. Ketika Serambi berwawancara singkat dengannya, Nori tidak dikawal. Para pengawal malah bermeter-meter jaraknya dari Nori. Di lorong menuju jalan yang telah menunggu mobil rombongan, Nori juga melenggang dengan santai didampingi suaminya.
Meski sempat tidak dihiraukan pada awal-awal kedatangannya, Nori tetap bersemangat dan berjanji akan berbuat untuk Aceh. Malah, dia bersama Force of Nature akan menggalang dana untuk membantu proses rekonstruksi Aceh. Encik Nori yang terlupakan di Tanjung Selamat tetap dalam kesahajaan menata kehidupan.
Nani.HS/Nurdin Hasan
Beberapa fotografer juga sempat kecele dan langsung menyepret kamera ke arah wanita yang sejak bencana tsunami terjadi pada 26 Desember lalu, sering bolak-balik ke Aceh dan beberapa negara lain. Ternyata, wanita itu bukan tamu yang ditunggu-tunggu.
Begitupun mendapat sapaan demikian, para guru, seratusan anak SD, orangtua murid dan undangan lain, langsung menjawab secara koor, Baik. Lalu, terdengar tepuk tangan seirama ceremony penyambutan dimulai. Karen tetap menunjukkan antusiasnya ketika tujuh murid menarikan Ranub Lampuan.
Di antara rombongan yang terkagum-kagum akan tari tradisional Aceh untuk menyambut tamu itu, ada seorang perempuan yang tercuekin atau terabaikan. Padahal, wanita bertubuh gempal itu bukan sembarangan. Dialah putri bungsu Perdana Menteri (PM) Malaysia. Nori Abdullah namanya.
Tampilannya yang sangat sederhana membuat istri Khairy Jamaluddin ini tak sedikitpun terkesan sebagai orang terkenal, semisal William Adams ––penyanyi kulit hitam, atau bintang film Michelle Yeoh yang ikut dalam rombongan. Malah, Nori berada di barisan belakang saat para selebriti lain menyaksikan anak-anak menari.
Tak lama kemudian Yeoh ––bekas gadis James Bond dalam film Tomorrow Never Dies, yang mengenakan topi lebar dan berkaca mata rayban, blus kaus berkembang di dada dipadu jeans dengan bunga tambalnya, dikenali sebagai bintang film. Katanya yang pake topi itu, bintang film Amerika, bisik seorang perempuan kepada temannya.
Mereka tidak menggunjingkan Nori yang sebenarnya termasuk tamu agung. Nori dengan raut mendekati Tionghoa nyaris tak berdandan, memang kelihatan bagai tamu biasa dari rombongan itu. Dia seperti terlupakan. Pada awalnya,Tidak ada yang menghiraukan wanita itu.
Perempuan yang menikah tiga tahun lalu dan belum punya momongan, begitu pudar dalam blus putih semi kemeja plus celana kain warna biru, dan kepala dibungkus kain semacam scarf warna pink mendekati putih.
Sah-sah saja kalau khalayak tak mengenalinya. Kaum ibu yang hadir ke SD Tanjung Selamat sejak pukul 10.00 Wib, hanya tahu bintang film Jacky Chan lah yang bakal hadir ke desa mereka. Itu mereka dengar dari mulut ke mulut, di kedai yang tak jauh dari lokasi sekolah.
Mereka sengaja datang karena hendak menatap langsung bintang laga kesayangan yang sudah go Hollywood itu. Bahwa orang Malaysia pun datang, awalnya disangka PM Malaysia Abdullah Ahmad Badawi, bukan putrinya.
***
KETIKA rombongan mendekat untuk menyaksikan tarian Ranub Lampuan, Nori malah tercecer di belakang. Dia melongok-longok untuk berada di baris depan dengan tamu terhormat lainnya. Artinya, dia sempat berdesakan dengan hadirin lain.
Malah, dia sempat berdesak-desakan di antara rombongan. Barulah beberapa saat kemudian ia berada di sebelah kanan Ny Mutia Azwar Abubakar dan bisa melihat tarian yang diperagakan dengan cukup apik oleh anak-anak berpakaian adat Aceh, dengan leluasa.
Saat tarian sedang berlangsung Nori masih sempat terseret-seret di antara para rombongan dan warga sekitar. Usai tarian, beberapa anggota rombongan memberikan uang kepada para penari yang mendekat dengan sirih dalam cerana. Terlihat Nori menjatuhkan uang lembaran Rp 1.000 ke sebuah cerana.
Entah tak ada persiapan atau memang disengaja. Acara pembelian sirih anak-anak dara cilik yang menari tidak terorganisir. Malah, untuk membeli ranup dari bocah-bocah itu, terpaksa uang beberapa orang disitu cepat-cepat dikumpulkan untuk dimasukkan ke cerana.
Terlihat seorang perwira TNI sibuk membagi-bagikan duit kepada para penari. Sedangkan, beberapa selebriti ––seperti Yeoh dan William–– yang ikut dalam rombongan terlihat kebingunan. Tetapi, mereka ada juga menjatuhkan duit dalam cerana. Nori yang berada pada barisan kedua juga membeli ranup, tapi dia tak kebagian sirih.
Nori memang sosok sederhana, ramah, keibuan namun bersemangat bila diajak berbicara. Ketika duduk berlesehan dalam upacara kunjungan ke SD yang kehilangan seorang guru dalam tsunami dan menyisakan 32 yatim tersebut, Nori tetap bersahaja dan tak canggung seolah dia sudah terbiasa duduk ala rakyat jelata itu.
Sekali-kali wajahnya tampak haru ketika kepala SD memberikan kata sambutannya. Ketika seorang murid membaca puisi tentang tsunami dan saat sekelompok anak SD menyanyikan lagu soal musibah gempa dan tsunami dalam bahasa Aceh, Nori hanya terlihat diam, seorang ingin meresapi musibah yang menimpa Aceh.
Saya seperti merasa di kampung sendiri. Ibu guru tadi tak ubah bicara seperti guru saya dulu. Masakan Aceh mirip masakan negeri saya. Saya baru sekali ini ke Aceh, tapi saya sangat terharu. Saya ingin berbuat sesuatu, kata Nori dalam logat Malaysia sembari menyatakan lebih suka segala sesuatu menyangkut sosial.
Ketika Serambi meminta pendapatnya ihwal upaya yang harus dilakukan untuk perempuan Aceh yang dilanda tsunami, dia berujar, Saya kira, kita harus berusaha mengembalikan keberdayaan, daya juang, dan rasa percaya diri perempuan Aceh, baik sebagai ibu rumah tangga, selaku pendidik anak-anaknya perempuan yang mengemban profesi lainnya. Saya adalah perempuan yang berperasaan sama dengan perempuan lain.
Perempuan sebenarnya orang yang kuat. Kami sebagai perempuan pun jika dapat memberi bantuan walaupun sedikit, mungkin mereka yang kami bantu dengan sendirinya dapat membangun kembali kehidupannya. Karena baik sebagai perempuan atau sebagai seorang ibu, perempuan sangat banyak perannya. Maka kami ingin membantu mereka untuk dapat melaksanakan peranan ini dengan baik. Kita sebagai kaum perempuan bukan saja ibu atau pengasuh semata, kata Nori bersemangat.
Dia yakin, perempuan Aceh akan mampu bangkit lagi dan dapat menjadi dirinya kembali. Karena Nori melihat semangat itu masih tetap ada menyala di tengah rakyat Aceh. Semangat wanita Aceh memang telah dibuktikan sejak dulu. Kini perempuan Aceh harus bangkit bersama kaum pria untuk menata kembali daerah ini yang porak-poranda akibat bencana.
***
DI sela-sela kunjungannya itu, Nori juga sempat mengatakan bahwa ia tak suka peperangan. Saat Serambi menanyakan tentang perasaannya ke Aceh di saat hubungan Indonesia dan Malaysia tak kondusif karena masalah perbatasan, Nori mengaku tidak takut.
Ah, saya tak takut. Saya dan yang lain datang karena kemanusiaan. Saya datang dengan niat baik. Saat ini, kami datang untuk meninjau dan melihat apa yang diperlukan orang Aceh. Lalu kami diskusikan. Tujuan kami kesini juga untuk menjalin hubungan dengan Indonesia sekaligus memberi bantuan secara berkesinambungan dalam jangka panjang untuk korban tsunami di Aceh, tuturnya.
Selain Aceh, mereka yang tergabung dalam Force of Nature juga akan ke negara lain yang terkena tsunami. Tapi kami ke Aceh dulu karena hati kami di sini. Diharapkan dengan kedatangan kami kali ini kami bisa mendiskusikan bagaiaman caranya bisa membantu Aceh. ucapnya.
Tapi Nori kan anak Perdana Menteri Malaysia. Apa tak takutkan kalau terjadi sesuatu? Saya kan cuma putri Perdana Menteri. Bukan apa- apa. Sekali lagi saya ke Aceh untuk amal, lewat Force of Nature, katanya lagi sambil berderai tawa.
Ketika ditanya bagaimana menurut dia menyelesaikan ketegangan antara Malaysia dan Indonesia menyangkut masalah blok Ambalat, dia tak mau berkomentar. Menurutnya, ia tak punya kapasitas berkomentar tentang masalah itu.
Dia mengaku tak suka bicara perang dan merasa aman-aman saja berada di Aceh. Ketika Serambi berwawancara singkat dengannya, Nori tidak dikawal. Para pengawal malah bermeter-meter jaraknya dari Nori. Di lorong menuju jalan yang telah menunggu mobil rombongan, Nori juga melenggang dengan santai didampingi suaminya.
Meski sempat tidak dihiraukan pada awal-awal kedatangannya, Nori tetap bersemangat dan berjanji akan berbuat untuk Aceh. Malah, dia bersama Force of Nature akan menggalang dana untuk membantu proses rekonstruksi Aceh. Encik Nori yang terlupakan di Tanjung Selamat tetap dalam kesahajaan menata kehidupan.
Nani.HS/Nurdin Hasan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar