Posted on Februari 7, 2008
Serambi Indonesia :
BANGKOK– Dilatarbelakangi UN Sasakawa Award 2005 dengan klasifikasi Certificated of Merit yang diterima Kabupaten Simeulue, Rabu (12/10) di Bangkok, Bupati Darmili akan mengeluarkan buku tentang tsunami yang terjadi di daerahnya.
Menurut Darmili dengan tidak mengenyampingkan langkah cepat pembangunan di semua sektor di Simeulue, pembuatan buku tsunami dinilai penting sebagai mengabadikan nilai-nilai kearifan lokal dalam menghadapi gempa dan tsunami.
“Pembuatan buku tsunami ini merupakan salah satu tindak lanjut kami terhadap dana yang disumbangkan pihak UN Sasakawa Award dan Belgia. Saya ingin nantinya masyarakat terutama anak-anak sekolah bisa menyerap pengetahuan dari buku ini. Kalau mungkin pengalaman atau cerita tsunami di Simeulue termasuk foto-foto yang kami tampilkan dan cara-cara menyelamatkan diri dari bencana alam tersebut, nantinya bisa menjadi konsumsi masyarakat di luar Aceh terutama di daerah rawan gempa atau stunami,” ungkap Darmili kepada Serambi usai menerima penghargaan di Conference Room 4 United Nation Conference Centre gedung UNESCAP, Rajdamnern Nok Avenue, Bangkok 10200, Tailand.
Buku bacaan bagi masyarakat umum itu, menurut Darmili, akan diterbitkan dalam waktu dekat. “Sebenarnya, bagi masyarakat Simeulue cerita tentang gempa dan tsunami merupakan nasihat yang sudah mendarah daging, lantaran disinambungkan secara turun terumurun. Waktu gempa yang terjadi tahun 2002, walau tak terjadi tsunami, toh tanpa dikomando penduduk Simeulue semua lari ke gunung. Waktu itu susah kami mengajak mereka turun kembali. Ini menandakan betapa nasihat nenek moyang tersebut telah menjadi kenangan yang sangat melekat. Yang jelas menurut sejarahnya, tsunami atau seumong (bahasa Simeulue-Red) di Simeulue terakhir terjadi tsunami pada tahun 1907. Bayangkan sudah hampir seratus tahun lalu, nasihat tersebut terus hidup di tengah-tengah masyarakat Simeulue, ” kata Darmili yang menduga bahwa karena cerita turun-temurun ini daerahnya terpilih sebagai salah satu penerima penghargaan tahun ini
Acara yang juga dihadiri, Ketua DPR, Kadiskes, Sekda Kabupaten Simelue, dan para istri tersebut, bertepatan dengan hari bencana dunia (International Day for Disaster Reduction). UN Sasaka Award juga merupakan hadiah bagi hari jadi Simeulue yang jatuh pada 12 Oktober.
Di hari bencana dunia 2005 ini UNESCAP juga memberi penghargaan dengan klasifikasi Laureate (berhasil dalam membangun sistem yang terkoordinasi yang memadukan cara-cara tradisional dan modern untuk menyelamatkan manusia dan lingkungan hidup dalam kondisi bersalju) kepada Mr. Chimeddorj Batchulluun, salah seorang kepala deputi di National Emergency Management Agency (NEMA) dari Mongolia.
Serambi Indonesia :
BANGKOK– Dilatarbelakangi UN Sasakawa Award 2005 dengan klasifikasi Certificated of Merit yang diterima Kabupaten Simeulue, Rabu (12/10) di Bangkok, Bupati Darmili akan mengeluarkan buku tentang tsunami yang terjadi di daerahnya.
Menurut Darmili dengan tidak mengenyampingkan langkah cepat pembangunan di semua sektor di Simeulue, pembuatan buku tsunami dinilai penting sebagai mengabadikan nilai-nilai kearifan lokal dalam menghadapi gempa dan tsunami.
“Pembuatan buku tsunami ini merupakan salah satu tindak lanjut kami terhadap dana yang disumbangkan pihak UN Sasakawa Award dan Belgia. Saya ingin nantinya masyarakat terutama anak-anak sekolah bisa menyerap pengetahuan dari buku ini. Kalau mungkin pengalaman atau cerita tsunami di Simeulue termasuk foto-foto yang kami tampilkan dan cara-cara menyelamatkan diri dari bencana alam tersebut, nantinya bisa menjadi konsumsi masyarakat di luar Aceh terutama di daerah rawan gempa atau stunami,” ungkap Darmili kepada Serambi usai menerima penghargaan di Conference Room 4 United Nation Conference Centre gedung UNESCAP, Rajdamnern Nok Avenue, Bangkok 10200, Tailand.
Buku bacaan bagi masyarakat umum itu, menurut Darmili, akan diterbitkan dalam waktu dekat. “Sebenarnya, bagi masyarakat Simeulue cerita tentang gempa dan tsunami merupakan nasihat yang sudah mendarah daging, lantaran disinambungkan secara turun terumurun. Waktu gempa yang terjadi tahun 2002, walau tak terjadi tsunami, toh tanpa dikomando penduduk Simeulue semua lari ke gunung. Waktu itu susah kami mengajak mereka turun kembali. Ini menandakan betapa nasihat nenek moyang tersebut telah menjadi kenangan yang sangat melekat. Yang jelas menurut sejarahnya, tsunami atau seumong (bahasa Simeulue-Red) di Simeulue terakhir terjadi tsunami pada tahun 1907. Bayangkan sudah hampir seratus tahun lalu, nasihat tersebut terus hidup di tengah-tengah masyarakat Simeulue, ” kata Darmili yang menduga bahwa karena cerita turun-temurun ini daerahnya terpilih sebagai salah satu penerima penghargaan tahun ini
.
Menurut dia, yang menjadi pertanyaan besar bagi panitia UN Sasakawa Award 2005 saat menghimpun data adalah, mengapa Simeulue yang mempunyai ribuan penduduk yang bermukim di tepi pantai, tapi tujuh orang saja yang meninggal dunia saat gempa dan tsunami. Itu pun lima orang (anak-anak, lansia, dan yang balik ke pantai) dilanda tsunami, dan dua orang lainnya meninggal akibat gempa bumi. “Dengan kata lain kontribusi kelompok masyarakat itu telah menjadi langkah bagi pengurangan akibat bencana tsunami Desember 2004, sehingga berhasil menyelamatkan ribuan nyawa penduduk. Ini dianggap kearifan lokal yang patut dihargai oleh PBB. Sebutlah semacam early warning system yang terbangun secara sosial masyarakat,” kata Darmili.
Menyertai penghargaan itu pihak UN Sasakawa Award menyumbangkan dana sebesar US$ 5000. Kecuali itu penerima penghargaan Sasakawa lainnya dari Belgia, memutuskan untuk menyumbangkan dana yang diterimanya dari UN Sasakawa Award dalam jumlah yang sama, untuk percepatan pembangunan Simeulue.
Hari bencana dunia
Menurut dia, yang menjadi pertanyaan besar bagi panitia UN Sasakawa Award 2005 saat menghimpun data adalah, mengapa Simeulue yang mempunyai ribuan penduduk yang bermukim di tepi pantai, tapi tujuh orang saja yang meninggal dunia saat gempa dan tsunami. Itu pun lima orang (anak-anak, lansia, dan yang balik ke pantai) dilanda tsunami, dan dua orang lainnya meninggal akibat gempa bumi. “Dengan kata lain kontribusi kelompok masyarakat itu telah menjadi langkah bagi pengurangan akibat bencana tsunami Desember 2004, sehingga berhasil menyelamatkan ribuan nyawa penduduk. Ini dianggap kearifan lokal yang patut dihargai oleh PBB. Sebutlah semacam early warning system yang terbangun secara sosial masyarakat,” kata Darmili.
Menyertai penghargaan itu pihak UN Sasakawa Award menyumbangkan dana sebesar US$ 5000. Kecuali itu penerima penghargaan Sasakawa lainnya dari Belgia, memutuskan untuk menyumbangkan dana yang diterimanya dari UN Sasakawa Award dalam jumlah yang sama, untuk percepatan pembangunan Simeulue.
Hari bencana dunia
Acara yang juga dihadiri, Ketua DPR, Kadiskes, Sekda Kabupaten Simelue, dan para istri tersebut, bertepatan dengan hari bencana dunia (International Day for Disaster Reduction). UN Sasaka Award juga merupakan hadiah bagi hari jadi Simeulue yang jatuh pada 12 Oktober.
Di hari bencana dunia 2005 ini UNESCAP juga memberi penghargaan dengan klasifikasi Laureate (berhasil dalam membangun sistem yang terkoordinasi yang memadukan cara-cara tradisional dan modern untuk menyelamatkan manusia dan lingkungan hidup dalam kondisi bersalju) kepada Mr. Chimeddorj Batchulluun, salah seorang kepala deputi di National Emergency Management Agency (NEMA) dari Mongolia.
Penghargaan Certificated of Distinction (berhasil membangun metoda inovasi sistem pelacakan korban bencana dengan menggunakan anjing) diberikan kepada Mr. Jaime Parejo Garcia, kepala unit anjing pelacak dan dinas pemadam kebakaran Sevilla, Spanyol. Selain itu penghargaan katagori Certificated of Distinction, untuk Mr. Claude de Ville de Goyet, salah seorang direktur di Pan American Heath Organisation (PAHO) dari negara Belgia, yang dinilai berhasil membangun rumah sakit tahan gempa yang kuat.
Penerimaan Sasakawa disaksikan pula oleh Duta Besar RI untuk Kerajaan Thailand, Ibrahim Yusuf, dan fungsi penerangan KBRI Bangkok itu.
“Saya gembira. Ini pengakuan atas keberhasilan sistem deteksi tradisional dalam mengurangi dampak bencana dengan cara memperhatikan perubahan lingkungan. Saya kira penghargaan ini akan mendorong masyarakat untuk lebih menjaga dan memelihara lingkungan alamnya,” kata Ibrahim dengan wajah cerah. Ia juga berharap akan lahirnya buku atau semacam wadah penyuluhan tentang ini.
“Saya gembira. Ini pengakuan atas keberhasilan sistem deteksi tradisional dalam mengurangi dampak bencana dengan cara memperhatikan perubahan lingkungan. Saya kira penghargaan ini akan mendorong masyarakat untuk lebih menjaga dan memelihara lingkungan alamnya,” kata Ibrahim dengan wajah cerah. Ia juga berharap akan lahirnya buku atau semacam wadah penyuluhan tentang ini.
(nani hs – melaporkan dari thailand)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar