SERAMBI INDONESIA
17/02/2008 09:17 WIB
Walau kesalahpahaman antara Haji Uma dan Kapluk terus berkepanjangan, namun ada yang membuat pengagum Preman Gampong, agak lega menonton DVD ke 5 Eumpang Breuh (EB). Sebab di serial teranyar yang di-launching tiga hari lalu itu, sudah ada sinyal dari Haji Uma, bahwa Bang Joni dan Dek Yusniar, bakal naik ke pelaminan.
Tatkala sepeda Haji Uma menggilas Kapluk dalam aksi kejar-kejaran mereka di EB 5, Haji Umar sempat berujar, Rab tamat riwayat calon melintee droe kuh. Itu pertanda bongkah es di dada Haji mulai mencair. Hanya saja saat itu Kapluk tak mendengarnya, malah lari tunggang langgang. Kapluk pun tak pernah tahu gara-gara dirinya pernah menyelamatkan Haji Uma yang kecemplung ke sumur, orang tua bengis itu hendak membalas jasa pada Kapluk.
Sebenarnya sudah lama Haji Uma ingin mengatakan itu (sejak dalam EB 4), tapi keburu terjadi insiden lagi saat Kapluk dan Mando Gapi sedang memperbaiki pagar dan Haji Uma jatuh bersama sepedanya kena bambu pagar yang sedang dipegang Kapluk dan Mando.
Di EB 5, keinginan itu pun masih tersekat di leher Haji Uma. Ada saja situasi yang tak menguntungkan Kapluk. Hingga kekasih Dek Yusniar ini makin langkah seribu saja kalau dicari Haji Uma.
Masih terngiang di benak Haji Umar ikhwal nasihat istrinya… Pakri barang kaban, nyang ka oy haruh tajak peuglah (bagaimanapun juga, yang namanya bernazar harus dibayar). Itulah yang mendesak Haji Umar dan berusaha keras mencari Kapluk untuk mengutarakan niatnya mengambil Kapluk sebagai menantu.
Kalau tadinya Kapluk resah juga dengan kehadiran si Raja atau si Tompul. Itu bukan hambatan lagi. Si Tompul pun kali ini harus segara angkat kaki ke Medan, setelah Joni Cs ramai-ramai menekannya, supaya jangan kembali ke Aceh dan harus melupakan Yusniar untuk selamanya.
Si Raja apalagi. Haji Uma sendiri yang memperingatkan, jangan cari-cari Yusniar lagi, karena Yusniar mau dinikahkan dengan Bang Joni, yang oleh Haji Uma selalu dipanggil Kapluk itu.
Berbeda dengan sang istri yang ragu, kalau Kapluk belum tentu mau dengan Yusniar, kali ini Haji Uma benar-benar yakin Kapluk pasti mau menemuinya.
Tapi dasar Kapluk yang hanya berani berkoar-koar di belakang Haji Uma, dia malah makin liar, tak mudah ditangkap. Sampai-sampai Haji Uma bergumam sendiri, Pakiban cara tajak meurumpok si kapluk nyan, mangat bek jiplueng. Tiep saat tajak meurumpok, tiep saat jiplung. Golom ta peugah hai, kadiplueng aneuh manyak nyan. Bungong tabi parang ilakee. Pue keuh haruh talibatkan pehak ketiga, sebagai nada sambung?
Haji Uma pun habis akalnya, sehingga menyuruh turun tangan Pak Keuchik segala. Hasilnya, salah paham dan gagal lagi. Lalu Haji Uma menyuruh Yusniar yang bicara. Gagal dan gagal lagi. Untung saja Yusniar yang selama ini agak tertekan perasaannya dengan semua aturan Haji Uma, sekarang agak berbunga hati. Minimal dia sudah tahu Haji Uma sudah setuju hubungannya dengan Bang Joni.
Kali ini sutradara EB, mulai bisa memainkan plot cerita. Untuk Haji Uma, T Jeffriyadi Jefeis pun manis juga menggarap skripnya. Sehingga mampu mengatakan kepada kita bahwa Haji Uma yang berhati batu, bengis, selalu merasa benar, sok tahu, dan sok hebat itu, sebenarnya punya perasaan juga.
Lihat saja, kekecewaan Haji Uma yang sepanjang hari tak berhasil menemui Kapluk, dicoba tumpahkannya dalam syair yang kental logat Acehnya. Ta adee pade di ateuh jeundrang, tapula kacang di ateuh buket. Udep lam donya teumpat singgahan, bek tuwo rakan beu le meuratep.
Sepanjang menonton EB 5, yang ditonjolkan sang sutradara adalah hasrat besar Haji Uma. Selebihnya hanya cantelan cerita saja. Ada teman Yusniar dari Malaysia (waktu EB 4 juga numpang lewat saja), Nurul, Sabirin, pedagang pakaian keliling, plus eksplorasi ayunan parang Haji Uma yang makin mendominasi EB 5, yang mudah-mudahan tak ditiru anak-anak.
Nani.HS
17/02/2008 09:17 WIB
Walau kesalahpahaman antara Haji Uma dan Kapluk terus berkepanjangan, namun ada yang membuat pengagum Preman Gampong, agak lega menonton DVD ke 5 Eumpang Breuh (EB). Sebab di serial teranyar yang di-launching tiga hari lalu itu, sudah ada sinyal dari Haji Uma, bahwa Bang Joni dan Dek Yusniar, bakal naik ke pelaminan.
Tatkala sepeda Haji Uma menggilas Kapluk dalam aksi kejar-kejaran mereka di EB 5, Haji Umar sempat berujar, Rab tamat riwayat calon melintee droe kuh. Itu pertanda bongkah es di dada Haji mulai mencair. Hanya saja saat itu Kapluk tak mendengarnya, malah lari tunggang langgang. Kapluk pun tak pernah tahu gara-gara dirinya pernah menyelamatkan Haji Uma yang kecemplung ke sumur, orang tua bengis itu hendak membalas jasa pada Kapluk.
Sebenarnya sudah lama Haji Uma ingin mengatakan itu (sejak dalam EB 4), tapi keburu terjadi insiden lagi saat Kapluk dan Mando Gapi sedang memperbaiki pagar dan Haji Uma jatuh bersama sepedanya kena bambu pagar yang sedang dipegang Kapluk dan Mando.
Di EB 5, keinginan itu pun masih tersekat di leher Haji Uma. Ada saja situasi yang tak menguntungkan Kapluk. Hingga kekasih Dek Yusniar ini makin langkah seribu saja kalau dicari Haji Uma.
Masih terngiang di benak Haji Umar ikhwal nasihat istrinya… Pakri barang kaban, nyang ka oy haruh tajak peuglah (bagaimanapun juga, yang namanya bernazar harus dibayar). Itulah yang mendesak Haji Umar dan berusaha keras mencari Kapluk untuk mengutarakan niatnya mengambil Kapluk sebagai menantu.
Kalau tadinya Kapluk resah juga dengan kehadiran si Raja atau si Tompul. Itu bukan hambatan lagi. Si Tompul pun kali ini harus segara angkat kaki ke Medan, setelah Joni Cs ramai-ramai menekannya, supaya jangan kembali ke Aceh dan harus melupakan Yusniar untuk selamanya.
Si Raja apalagi. Haji Uma sendiri yang memperingatkan, jangan cari-cari Yusniar lagi, karena Yusniar mau dinikahkan dengan Bang Joni, yang oleh Haji Uma selalu dipanggil Kapluk itu.
Berbeda dengan sang istri yang ragu, kalau Kapluk belum tentu mau dengan Yusniar, kali ini Haji Uma benar-benar yakin Kapluk pasti mau menemuinya.
Tapi dasar Kapluk yang hanya berani berkoar-koar di belakang Haji Uma, dia malah makin liar, tak mudah ditangkap. Sampai-sampai Haji Uma bergumam sendiri, Pakiban cara tajak meurumpok si kapluk nyan, mangat bek jiplueng. Tiep saat tajak meurumpok, tiep saat jiplung. Golom ta peugah hai, kadiplueng aneuh manyak nyan. Bungong tabi parang ilakee. Pue keuh haruh talibatkan pehak ketiga, sebagai nada sambung?
Haji Uma pun habis akalnya, sehingga menyuruh turun tangan Pak Keuchik segala. Hasilnya, salah paham dan gagal lagi. Lalu Haji Uma menyuruh Yusniar yang bicara. Gagal dan gagal lagi. Untung saja Yusniar yang selama ini agak tertekan perasaannya dengan semua aturan Haji Uma, sekarang agak berbunga hati. Minimal dia sudah tahu Haji Uma sudah setuju hubungannya dengan Bang Joni.
Kali ini sutradara EB, mulai bisa memainkan plot cerita. Untuk Haji Uma, T Jeffriyadi Jefeis pun manis juga menggarap skripnya. Sehingga mampu mengatakan kepada kita bahwa Haji Uma yang berhati batu, bengis, selalu merasa benar, sok tahu, dan sok hebat itu, sebenarnya punya perasaan juga.
Lihat saja, kekecewaan Haji Uma yang sepanjang hari tak berhasil menemui Kapluk, dicoba tumpahkannya dalam syair yang kental logat Acehnya. Ta adee pade di ateuh jeundrang, tapula kacang di ateuh buket. Udep lam donya teumpat singgahan, bek tuwo rakan beu le meuratep.
Sepanjang menonton EB 5, yang ditonjolkan sang sutradara adalah hasrat besar Haji Uma. Selebihnya hanya cantelan cerita saja. Ada teman Yusniar dari Malaysia (waktu EB 4 juga numpang lewat saja), Nurul, Sabirin, pedagang pakaian keliling, plus eksplorasi ayunan parang Haji Uma yang makin mendominasi EB 5, yang mudah-mudahan tak ditiru anak-anak.
Nani.HS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar