Posted on Maret 3, 2008
Tabloid Prohaba :
Menyongsong hari Kamis, 7 Februari 2008, dua hari lamanya si pemain Eumpang Breueh, Mando Gapi, jatuh sakit. Parahnya, selama dua hari itu juragan bandeng ini dikabarkan tidak tidur di rumahnya sendiri. Bang Mando sengaja hengkang ke rumah Pak Kwaket di Lhokseumawe. Ada yang bilang karena Mando perlu mematangkan diri menghadapi tanggal 7 nan penting itu. Namun waktu dikonfirmasi, Bang Mando menampiknya berkali-kali. “…alah panena nyan, kadang si Kapluk yang peuget buet nyan. Panena chit si Kapluk nyan,” sanggahnya sembari tersenyum kecut, seperti kebiasaan mereka saling ledek dalam VCD.
Entah itu memang benar-benar gossip atau bukan, namun usut punya usut, ternyata Mando alias Sulaiman yang sang kekasih Buk Fatimah serial Eumpang Breueh ini, jatuh sakit karena sedang banyak pikir, makan tak enak tidur tak lelap, bukan main dilanda gundah gulana, dan demam panggung menanti 7 Februari yang kebetulan Hari Raya Imlek itu.
Merahnya atribut Imlek tak semenyala perasaan Mando, tak sehebat degub jantungnya.
Begitulah, dengan perasaan “gado-gado” dan grogi yang luar biasa, kelahiran 12 Februari 1970 ini, akhirnya melewati hari libur nasional itu di Kuta Binje, dengan duduk di berdampingan dengan perempuan yang baru memasuki usia 20 tahun. Ernawati namanya. Warga Keudee Arakundoe, Aceh Timur, yang kebetulan kemanakan kenalan Bang Mando sendiri. Mulanya perkenalan antara sang pemain Eumpang Breuh, dan ternyata sang perawan tela menggetarkan jiwa Mando.
“Buk Fatimah” yang ini, sedang-sedang saja kecantikannya. Tidak putih tidak hitam kulitnya. Ya, seperti impian Mando yang pernah diutarakannya pada Prohaba pada 3 November 2007 lalu. Menurut dia, tak perlu cantik-cantik amat. Nanti bisa-bisa dia sungkan menyuruh sang istri turun ke dapur. Pun kalau terlalu cantik, Mando merasa tak pantas bersanding, karena dia merasa tak ganteng sedikitpun.
Bagaimana perjalanan cinta hingga prosesi pernikahan berlangsung? “ Mereka hanya berkenalan, lewat paman Ernawati. Lalu Mando membagi cerita itu pada kami. Kami tak buang waktu. Saya dan Aji Uma terus ‘mengipasi’ Mando. Kami takut Mando mengurungkan niatnya lagi, seperti yang sudah-sudah. Makanya, mulai dari persiapan nikah, melamar, acara pernikahan, berlangsung kilat. Tak ada yang diulur-ulur lagi. Pokoknya harus jadi,” ungkap Kapluk yang ditanyai Prohaba, Senin (11/2) malam.
Umar Pradana alias Aji Uma pun melamar dengan sekian mayam emas (tak ingin disebutkan-Red). Pada hari H ada dua mobil kru lelaki Eumpang Bereuh yang mengantar Mando. Tak ada Dek Yusniar.
Nah, kondisi Mando? “Dia yang orangnya hitam itu, kelihatan rada putih alias pucat pasi. Ya biasalah, dia salah tingkah. Lebih-lebih mengingat usia sang mertua laki-lakinya, yang paling banter lima tahun lebih tua dari Mando. Yah, akhirnya Mando menikah juga. Sebagai teman yang sudah seperti saudara sendiri, saya dan Aji Uma, lega sekarang. Mando tak bertingkah malas menikah lagi. He..he…Mando sudah jasi suami sekarang.“ beber Kapluk diikuti kekeh kecil lewat telepon selularnya.
Kenapa Mando bisa bertekuk lutut di hadapan Ernawati bok? Kecuali cukup kriteria bagi Mando, ada satu nilai lebih. Mando amat kecantol dengan budi pekerti Ernawati. Dengan perempuan satu ini, Mando agaknya lebih percaya diri. Mereka cuma “bersama” sebulan saja. Tak ada pacaran tak ada kencan, layaknya pasangan masa kini, bila sedang penjajakan. Jodoh tak kan kemana. Tembak, langsung kena. Inilah cinta pada pandangan pertama.
Senin (11/2), Mando Gapi pun pulang ke rumah sang pujaan, menunaikan kewajiban baru di kamar mantennya, selain tugas menggarap sejumlah empang bandeng, atau sebagai seniman lakon. Kali ini bukan cuma mimpi mengejar-ngejar dan mebonceng Buk Fatimah dalam VCD. Mando benar-benar telah menemukan “Buk Fatimah” sejatinya. Selamat lah ya. Tapi kapan intat linto dan preh dara baro?
Tabloid Prohaba :
Menyongsong hari Kamis, 7 Februari 2008, dua hari lamanya si pemain Eumpang Breueh, Mando Gapi, jatuh sakit. Parahnya, selama dua hari itu juragan bandeng ini dikabarkan tidak tidur di rumahnya sendiri. Bang Mando sengaja hengkang ke rumah Pak Kwaket di Lhokseumawe. Ada yang bilang karena Mando perlu mematangkan diri menghadapi tanggal 7 nan penting itu. Namun waktu dikonfirmasi, Bang Mando menampiknya berkali-kali. “…alah panena nyan, kadang si Kapluk yang peuget buet nyan. Panena chit si Kapluk nyan,” sanggahnya sembari tersenyum kecut, seperti kebiasaan mereka saling ledek dalam VCD.
Entah itu memang benar-benar gossip atau bukan, namun usut punya usut, ternyata Mando alias Sulaiman yang sang kekasih Buk Fatimah serial Eumpang Breueh ini, jatuh sakit karena sedang banyak pikir, makan tak enak tidur tak lelap, bukan main dilanda gundah gulana, dan demam panggung menanti 7 Februari yang kebetulan Hari Raya Imlek itu.
Merahnya atribut Imlek tak semenyala perasaan Mando, tak sehebat degub jantungnya.
Begitulah, dengan perasaan “gado-gado” dan grogi yang luar biasa, kelahiran 12 Februari 1970 ini, akhirnya melewati hari libur nasional itu di Kuta Binje, dengan duduk di berdampingan dengan perempuan yang baru memasuki usia 20 tahun. Ernawati namanya. Warga Keudee Arakundoe, Aceh Timur, yang kebetulan kemanakan kenalan Bang Mando sendiri. Mulanya perkenalan antara sang pemain Eumpang Breuh, dan ternyata sang perawan tela menggetarkan jiwa Mando.
“Buk Fatimah” yang ini, sedang-sedang saja kecantikannya. Tidak putih tidak hitam kulitnya. Ya, seperti impian Mando yang pernah diutarakannya pada Prohaba pada 3 November 2007 lalu. Menurut dia, tak perlu cantik-cantik amat. Nanti bisa-bisa dia sungkan menyuruh sang istri turun ke dapur. Pun kalau terlalu cantik, Mando merasa tak pantas bersanding, karena dia merasa tak ganteng sedikitpun.
Bagaimana perjalanan cinta hingga prosesi pernikahan berlangsung? “ Mereka hanya berkenalan, lewat paman Ernawati. Lalu Mando membagi cerita itu pada kami. Kami tak buang waktu. Saya dan Aji Uma terus ‘mengipasi’ Mando. Kami takut Mando mengurungkan niatnya lagi, seperti yang sudah-sudah. Makanya, mulai dari persiapan nikah, melamar, acara pernikahan, berlangsung kilat. Tak ada yang diulur-ulur lagi. Pokoknya harus jadi,” ungkap Kapluk yang ditanyai Prohaba, Senin (11/2) malam.
Umar Pradana alias Aji Uma pun melamar dengan sekian mayam emas (tak ingin disebutkan-Red). Pada hari H ada dua mobil kru lelaki Eumpang Bereuh yang mengantar Mando. Tak ada Dek Yusniar.
Nah, kondisi Mando? “Dia yang orangnya hitam itu, kelihatan rada putih alias pucat pasi. Ya biasalah, dia salah tingkah. Lebih-lebih mengingat usia sang mertua laki-lakinya, yang paling banter lima tahun lebih tua dari Mando. Yah, akhirnya Mando menikah juga. Sebagai teman yang sudah seperti saudara sendiri, saya dan Aji Uma, lega sekarang. Mando tak bertingkah malas menikah lagi. He..he…Mando sudah jasi suami sekarang.“ beber Kapluk diikuti kekeh kecil lewat telepon selularnya.
Kenapa Mando bisa bertekuk lutut di hadapan Ernawati bok? Kecuali cukup kriteria bagi Mando, ada satu nilai lebih. Mando amat kecantol dengan budi pekerti Ernawati. Dengan perempuan satu ini, Mando agaknya lebih percaya diri. Mereka cuma “bersama” sebulan saja. Tak ada pacaran tak ada kencan, layaknya pasangan masa kini, bila sedang penjajakan. Jodoh tak kan kemana. Tembak, langsung kena. Inilah cinta pada pandangan pertama.
Senin (11/2), Mando Gapi pun pulang ke rumah sang pujaan, menunaikan kewajiban baru di kamar mantennya, selain tugas menggarap sejumlah empang bandeng, atau sebagai seniman lakon. Kali ini bukan cuma mimpi mengejar-ngejar dan mebonceng Buk Fatimah dalam VCD. Mando benar-benar telah menemukan “Buk Fatimah” sejatinya. Selamat lah ya. Tapi kapan intat linto dan preh dara baro?
Nani.HS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar