Tabloid Prohaba :
Menonton DVD Eumpang Breuh (EB) 5, ada pemain baru, Sabirin Lamno. Di EB 5, Sabirin hanya tampil dalam hitungan menit saja, bukan sebagai pemain utama. Tidak seperti dua VCD Sabirin sebelumnya, Cinta Pembantu (2002 dan 2003) dan Laila (2006), dua kisah asmara dan rumah tangga, yang memasangnya sebagai pemain utama. Kendati begitu, Sabirin merasa tetap enjoy.
“Tidak masalah bagi saya. Sebagai pemeran utama atau pemeran pembantu atau figuran, tidaklah mengganggu saya, misalnya saya dilanda gensi karena dua VCD saya sebelumnya, tampil sebagai pemeran utama. Yang namanya berkesenian, ya mana ada beda, kan? Dua-duanya kan sama-sama mengandalkan akting. Yang jelas, sebenarnya saya rindu berkarya lagi. Niat baik dari produser EB, Dhien Kramik, saya sambut gembira. Apalagi saya tak mau karir saya di dunia seni ini tenggelam begitu saja, hanya karena pilih-pilih peran. Saya harus bangkit lagi berkarya,,” ungkap Sabirin dengan sikap optimis kepada Prohaba, Kamis lalu.
Hanya saja, kata dia, ketika main di EB 5, agak canggung harus berakting komedi. Maklum, dalam VCD-VCD terdahulu, Sabirin tampil dalam versi lakon cinta . Tapi Di EB 5, justru sebaliknya. Sabirin harus tampil lugas dan nyaris komedi.
“Ini pengalaman baru saya dalam berakting. Ternyata menarik juga. Yang lebih menarik, sekarang saya punya kenalan baru di Eumpang Breuh, layaknya seperti saudara sendiri,” kata Sabirin lagi.
Menurut dia kekompakan kru EB-lah yang paling berkesan baginya. Ia merasa EB grup sebagai keluarga besar yang selalu bersikap familiar dan fair terhadapnya.
Menjalani syuting EB 5 ada yang berkesan bagi Sabirin. Dia belum pernah melihat sebuah syuting yang begitu banyak penontonnya. “Waduh barangkali sampai seribuan ya. Ramai, seru. Itu membuat saya gembira. Di antara kerumunan orang itu pun ada yang mengenal saya. Ada yang khusus datang ke lokasi syuting untuk membuktikan kalau saya masih hidup dan tidak pergi bersama tsunami. Berkesanlah EB buat saya. Enjoy kali saya,” kenang Sabirin.
Selama dua tahun lebih Sabirin tak berkiprah pascatsunami. Setelah merilis sembilan album kaset tip (terlaris album ABC) dan delapan album CD (terlaris lagu Payong Kuneng) yang semuanya diproduksi sebelum 2004, tahun 2007 Sabirin merilis album CD. Waktu itu Sabirin juga diajak oleh Dhien Kramik untuk nyanyi lagi, dan lahirlah Dara Mutiara, album yang mengawali karirnya lagi di dunia nyanyi, pascatsunami.
“Mungkin sebagian orang yang suka dengan lagu saya, pada sudah meninggal dalam tsunami. Saya pikir album Dara Mutiara, mungkin bisa menjadi salam rindu saya buat penikmat lagu-lagu saya yang masih aa sekarang ini. Begitu pun saya hadir lagi lewat Eumpang Breuh, setidak-tidaknya orang tahu bahwa saya ini masih ada, masih hidup,” ujar Sabirin sambil terkekeh.
Dia juga mengatakan bakal merintis lagi jalanya di kesenian, seperti dulu, walau sekarang dia tak semuda dulu, tak trendy dengan stelan rabut kriting kriwil ala Achmad Albar dulu. Sabirin Lamno sudah menjadi ayah seorang remaja tanggung sekarang. Yesi Rosita Dewi namanya. Anandanya yang kedua, Ikhsan Hidayat, sudah duluan menghadap Sang Khalik, dengan sang istri saat tsunami. Tinggallah Sabirin sebagai single parent. Tak heran kemanapun dia pergi, Yesi si kuning langsat murid kelas VI SD, hidung mancung, dan berwajah tirus, hampir selalu ada di dekatnya. Hari-hari Sabirin kini, antara mengurus si buah hati dan berkerja untuk seni. “ Suatu saat saya memang akan menikah lagi, karena ini sunnah, Namun Tuhan belum memberi jodoh saya kembali. Sementara saya kan harus terus meneruskan hidup ini bersama anak saya. Saya menikmati menjadi orang tua tunggal kok,” tutur Sabirin.
Menonton DVD Eumpang Breuh (EB) 5, ada pemain baru, Sabirin Lamno. Di EB 5, Sabirin hanya tampil dalam hitungan menit saja, bukan sebagai pemain utama. Tidak seperti dua VCD Sabirin sebelumnya, Cinta Pembantu (2002 dan 2003) dan Laila (2006), dua kisah asmara dan rumah tangga, yang memasangnya sebagai pemain utama. Kendati begitu, Sabirin merasa tetap enjoy.
“Tidak masalah bagi saya. Sebagai pemeran utama atau pemeran pembantu atau figuran, tidaklah mengganggu saya, misalnya saya dilanda gensi karena dua VCD saya sebelumnya, tampil sebagai pemeran utama. Yang namanya berkesenian, ya mana ada beda, kan? Dua-duanya kan sama-sama mengandalkan akting. Yang jelas, sebenarnya saya rindu berkarya lagi. Niat baik dari produser EB, Dhien Kramik, saya sambut gembira. Apalagi saya tak mau karir saya di dunia seni ini tenggelam begitu saja, hanya karena pilih-pilih peran. Saya harus bangkit lagi berkarya,,” ungkap Sabirin dengan sikap optimis kepada Prohaba, Kamis lalu.
Hanya saja, kata dia, ketika main di EB 5, agak canggung harus berakting komedi. Maklum, dalam VCD-VCD terdahulu, Sabirin tampil dalam versi lakon cinta . Tapi Di EB 5, justru sebaliknya. Sabirin harus tampil lugas dan nyaris komedi.
“Ini pengalaman baru saya dalam berakting. Ternyata menarik juga. Yang lebih menarik, sekarang saya punya kenalan baru di Eumpang Breuh, layaknya seperti saudara sendiri,” kata Sabirin lagi.
Menurut dia kekompakan kru EB-lah yang paling berkesan baginya. Ia merasa EB grup sebagai keluarga besar yang selalu bersikap familiar dan fair terhadapnya.
Menjalani syuting EB 5 ada yang berkesan bagi Sabirin. Dia belum pernah melihat sebuah syuting yang begitu banyak penontonnya. “Waduh barangkali sampai seribuan ya. Ramai, seru. Itu membuat saya gembira. Di antara kerumunan orang itu pun ada yang mengenal saya. Ada yang khusus datang ke lokasi syuting untuk membuktikan kalau saya masih hidup dan tidak pergi bersama tsunami. Berkesanlah EB buat saya. Enjoy kali saya,” kenang Sabirin.
Selama dua tahun lebih Sabirin tak berkiprah pascatsunami. Setelah merilis sembilan album kaset tip (terlaris album ABC) dan delapan album CD (terlaris lagu Payong Kuneng) yang semuanya diproduksi sebelum 2004, tahun 2007 Sabirin merilis album CD. Waktu itu Sabirin juga diajak oleh Dhien Kramik untuk nyanyi lagi, dan lahirlah Dara Mutiara, album yang mengawali karirnya lagi di dunia nyanyi, pascatsunami.
“Mungkin sebagian orang yang suka dengan lagu saya, pada sudah meninggal dalam tsunami. Saya pikir album Dara Mutiara, mungkin bisa menjadi salam rindu saya buat penikmat lagu-lagu saya yang masih aa sekarang ini. Begitu pun saya hadir lagi lewat Eumpang Breuh, setidak-tidaknya orang tahu bahwa saya ini masih ada, masih hidup,” ujar Sabirin sambil terkekeh.
Dia juga mengatakan bakal merintis lagi jalanya di kesenian, seperti dulu, walau sekarang dia tak semuda dulu, tak trendy dengan stelan rabut kriting kriwil ala Achmad Albar dulu. Sabirin Lamno sudah menjadi ayah seorang remaja tanggung sekarang. Yesi Rosita Dewi namanya. Anandanya yang kedua, Ikhsan Hidayat, sudah duluan menghadap Sang Khalik, dengan sang istri saat tsunami. Tinggallah Sabirin sebagai single parent. Tak heran kemanapun dia pergi, Yesi si kuning langsat murid kelas VI SD, hidung mancung, dan berwajah tirus, hampir selalu ada di dekatnya. Hari-hari Sabirin kini, antara mengurus si buah hati dan berkerja untuk seni. “ Suatu saat saya memang akan menikah lagi, karena ini sunnah, Namun Tuhan belum memberi jodoh saya kembali. Sementara saya kan harus terus meneruskan hidup ini bersama anak saya. Saya menikmati menjadi orang tua tunggal kok,” tutur Sabirin.
Nani.HS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar