SERAMBI INDONESIA /24 May 2009, 10:37
TAHUKAH Anda siapa orang yang paling setia hadir di lokasi syuting video CD Empang Breuh sejak nomor pertama? Dialah Basyir Pranata Ilyas alias Bang Jaka.
Nani.HS
TAHUKAH Anda siapa orang yang paling setia hadir di lokasi syuting video CD Empang Breuh sejak nomor pertama? Dialah Basyir Pranata Ilyas alias Bang Jaka.
Nyatanya, dari tak jenuh-jenuhnya menonton pembuatan Eumpang Breuh itu, Jaka akhirnya diberi kesempatan berakting di depan kamera. Akting perdana Jaka, ada dalam video CD Comedi & Action Zainab 1.
Di film produksi Din Cramik Production tahun 2008 lalu itu, Jaka hanya kebagian peran kecil. Ia disuruh berkelahi. Lalu awal 2009, ia juga muncul dalam Sea Commander Eumpang Breuh, (Peujroh Laot), sebagai pawang laot, juga untuk peran selintas. Dalam kedua produksi tersebut akting Jaka terhitung belum apa-apa, tanpa kesan, dan mudah terlupakan.
Namun, ketika Bang Jaka jadi hantu dalam Zainab 2 lewat arahan sutradara Ayah Doe, aktingnya mulai terbenahi, walau belum maksimal. “Di film Zainab 2, Jaka sudah lebih berkembang dan mulai berkarakter,” kata Ayah Doe. Simaklah Zainab 2, dan lihat, bagaimana muka Jaka yang ketakutan ketika melihat hantu. Paling kurang sosok yang juga dipanggil Ayah DJ ini, telah bisa bikin kita tersenyum, walau tak sampai geli. Aktingnya tak lagi kelihatan kaku. Bahkan, saat berkenalan dengan hantu perempuan, Jaka bicara dalam bahasa Indonesia aksen Aceh yang tidak dibuat-buat.
Apa pendapat Jaka tentang perannya sebagai hantu di Zainab 2 yang sudah beredar di pasaran itu? “Saya ini kan harus main semampu saya. Dikasih peran hantu, ya saya harus bisa. Ayah Doe sebagai sutradara, telah mengarahkan saya begitu rupa supaya saya bisa. Yang saya perankan itu, itulah hasil maksimal saya. Bagaimanapun juga saya kan harus banyak belajar lagi kak,” kata Jaka kepada Serambi, Selasa (19/5) siang lalu. Walau hanya memerankan satu peran yang bernilai kesulitan rendah, namun Jaka tidak menganggap spele tugasnya itu. Jaka berusaha maksimal sebagaimana arahan sutradara.
Begitupun ketika berhadapan dengan kamera dan orang banyak (yang menonton saat syuting), Jaka sempat demam panggung juga. Tapi paling tidak harus menumbuhkan tanggungjawab moralnya terhadap tugas.”Saya pikir banyak kita yang grogi kalau disuruh akting di depan kamera, apalagi ditonton banyak orang. Tapi saya langsung berpikir, saya ini dibayar, saya tidak boleh mengecewakan produser, sutradara, dan semua kru. Kalau mau maju ya saya harus bisa.
Saya anggap saja, saya sedang sendiri dan nyanyi di kamar mandi. Maka saya pun berakting dengan sungguh-sungguh,” beber Jaka sungguh-sungguh pula, tanpa kelakar sedikitpun, sebagaimana kesehariannya bersama Eumpang Breuh Cs. Untuk akting jadi hantu itu, Jaka hanya mengulang tiga kali eksyen saja. Itu pun akibat kesalahan teknik yang menyangkut penonton (misalnya ada suara orang tertawa). Tergantung sutradara Secara pribadi, Jaka merasa perannya sebagai hantu telah memberi kegembiraan tersendiri. “Walau saya hanya menjadi hantu di Zainab 2, saya tetap diperhatikan orang.
Ada beberapa simpatisan saya yang komentar. Mereka rata-rata mengatakan saya itu lebih baik tampil dari segi komedi aja, jangan action-nya. Saya bilang, tergantung sutradara saya. Sutradara kan yang lebih tahu kemampuan saya. Apa pun perannya, saya harus akting sebisa-bisanya,” ujarnya. Lalu jauh di lubuk hati Jaka, ada satu peran yang sangat diidamkannya? “Saya kepingin sekali dapat peran sebagai ayah. Kalau ditanya kenapa, ya saya ndak tau kenapa. Tapi yang jelas, di situ saya kan bisa tampil lebih dewasa sebagai orang yang bijak, yang bisa menasehati anak gitu,” katanya.
Namun bagi Jaka, di casting laga pun, ia tetap mendapat pengalaman batin. Bahwa sekecil apa pun sebuah peran, tidak bisa dinilai gampang. Itu dirasakan Jaka ketika sudah masuk menjadi pemain. Saat hanya menjadi penonton, dia tak mendapat makna yang lebih, kecuali enjoy-enjoy saja melihat orang syuting film. Tapi sekarang, paling tidak dia harus bertanggungjawab terhadap orang lain yang telah memberinya kesempatan bergabung, atau orang-orang yang bakal menontonnya.
Yang jelas pegal-pegalnya sehabis action laga, atau nyeri bahu saat bertabrakan dengan Bang Raja (Zaenab 2), bagai sembuh seketika, manakala bisa membangun kerjasama yang baik dengan keluarga besar Din Cramik Production. So, kalau di Zaenab 2, Jaka mulai berhasil saat jadi “hantu”, apa Jaka akan berpeluang untuk skenario lain? Atau tetap jadi “hantu”? Hom hai, tanya saja pada sang sutradara, Ayah Doe.
Nani.HS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar