Serambi Indonesia/Sun, Jan 10th 2010, 14:03
Utama
BEBERAPA menit menjelang pukul 15.00 WIB, Jumat (8/1) lalu, Serambi sempat bertemu model dan pesinetron Nabila Syakieb di lobi salah satu hotel berbintang kawasan Luengbata, Kecamatan Baiturrahman, Banda Aceh. Waktu itu sosok yang sering dipanggil Bil atau Nabil dalam sinetron “Cinta dan Anugerah” itu, baru saja pulang dari bersantap mi aceh di salah satu kawasan ibu kota Provinsi Aceh ini.
“Aku suka mi aceh. Ternyata rasanya seger, ada rasa asemnya gitu. Bedalah rasanya dengan mi lain,” ungkap Nabila sembari duduk di kursi ruang tunggu yang menghadap ke ruang resepsionis. Suaranya yang memuji mi aceh terdengar tulus dan bukan basa-basi, kendati Serambi sama sekali tak bisa menangkap ragam sinar matanya ketika mengucapkan mi aceh itu enak atau top markotop-lah (meminjam istilah Wisata Kuliner di salah satu televisi kita). Sebab, sejak kembali dari “pesta” mi aceh--bersama timnya antara lain pesinetron Cut Sarah, Ashraff Sinclair--Nabila tidak melepas rayban besarnya. Kacamata hitam itu pula yang sempat menyimpan semu merah wajahnya ketika dibidik seputar kehidupan pribadinya yang tak ingin dia paparkan seterang benderangnya kepada publik.
Wawancara 7,14 menit itu pun membuat Nabila terkesan tak berkonsentrasi penuh. Soalnya, dia sudah pada posisi check out time dari hotel dan buru-buru harus ke Bandara Sultan Iskandar Muda mengejar pesawat sore. Selebihnya sang Mama yang menejernya itu, sebentar-bentar memberi kode agar Nabila segera menyelesaikan wawancara.
Plus, sebentar-bentar pula ada pesan masuk di ponselnya. Sampai-sampai, sambil wawancara Nabila dengan kedua belah tanggannya harus mengurus dua ponselnya sekaligus yang keduanya bermerek terkenal. Tak jelas, jangan-jangan dia memang rikuh atau grogi sendiri dikejar waktu? Namun, Serambi sempat bertanya mengapa di dunia sinetron Nabila acap kali mendapat peran-peran berkarakter melo, kemayu, penyedih, atau sejenisnya. Seakan Nabila identik dengan kemirisan yang tak lepas dari burai air mata. Tak inginkah dia ke luar dari rutinitas dimensi melancholy itu, untuk peran-peran yang lebih berkarakter kuat, lagi menguras kemampuan akting?
“Sebenarnya aku ingin peran yang beda. Aku ingin wujudkan itu dalam film layar lebar, khususnya tema drama. Ya, mungkin untuk peran-peran yang lebih berkarakter antagonis atau, misalnya, sakit jiwa, psiko, ya semacam itu. Ya, nantilah,” kata Nabila. Dua tahun lalu, penyuka bakso ini memang pernah berperan untuk karakter antagonis di Sinetron “Ratu”. Tapi waktu itu sambutan masyarakat kurang positif. Banyak pesan singkat yang masuk ke ponselnya, justru memerotes akting Nabila yang tidak cocok untuk peran antagonis.
“Tapi, sutradara, team house, dan temen-temen aku bilang, aku sudah bisa memerankan antagonis. Ada yang beda dari aku. Tapi, sebaliknya justru orang yang SMS, rata-rata bilang mukaku gak cocok untuk peran antagonis,” ungkap Nabila bersemangat dan terkesan responsif bila membicarakan perihal akting.
Nabila baru terdiam sejenak ketika diminta pengakuannya apakah ada pengorbanannya dalam sinetron “Cinta dan Anugerah”, hingga mulai mengganggu tatanan kehidupan pribadinya, apalagi terus dikejar-kejar kalangan entertainment? “Yang pasti sih keseharian aku lebih banyak dihabiskan di lokasi syuting daripada di mal atau di rumah. Hampir setiap hari, aku syuting, terkadang usai makan siang sudah mulai syuting. Kadang kalau kejar tayang, kita syutingnya selesai pagi. Jadi, sangat menyita waktu,” jawab perempuan berdarah Arab ini, bagai ingin mengelak sebuah pengakuan lain.
“Tapi Nabila, sehubungan dengan sinetron ‘Cinta dan Anugerah’, pernah dikaitkan dengan Ashraff Sinclair, hingga terbetik kabar Bunga Cinta Lestari menjadi kesal dan hubungan Nabila dengan Yuri Ihza Mahendra jadi berantakan,” tuding Serambi akhirnya. “Hmm... itu sebenarnya sama sekali gak benar. Itu mungkin gosip-gosip yang mereka gunakan untuk mendongkrak rating. Ya, itu mungkin ya, aku juga gak tau. Yang pasti, hubungan aku sama Bunga (istri Ashraff -red) baik banget,” tegas Nabila, hingga senyumnya sirna.
Diduga sepi
Utama
BEBERAPA menit menjelang pukul 15.00 WIB, Jumat (8/1) lalu, Serambi sempat bertemu model dan pesinetron Nabila Syakieb di lobi salah satu hotel berbintang kawasan Luengbata, Kecamatan Baiturrahman, Banda Aceh. Waktu itu sosok yang sering dipanggil Bil atau Nabil dalam sinetron “Cinta dan Anugerah” itu, baru saja pulang dari bersantap mi aceh di salah satu kawasan ibu kota Provinsi Aceh ini.
“Aku suka mi aceh. Ternyata rasanya seger, ada rasa asemnya gitu. Bedalah rasanya dengan mi lain,” ungkap Nabila sembari duduk di kursi ruang tunggu yang menghadap ke ruang resepsionis. Suaranya yang memuji mi aceh terdengar tulus dan bukan basa-basi, kendati Serambi sama sekali tak bisa menangkap ragam sinar matanya ketika mengucapkan mi aceh itu enak atau top markotop-lah (meminjam istilah Wisata Kuliner di salah satu televisi kita). Sebab, sejak kembali dari “pesta” mi aceh--bersama timnya antara lain pesinetron Cut Sarah, Ashraff Sinclair--Nabila tidak melepas rayban besarnya. Kacamata hitam itu pula yang sempat menyimpan semu merah wajahnya ketika dibidik seputar kehidupan pribadinya yang tak ingin dia paparkan seterang benderangnya kepada publik.
Wawancara 7,14 menit itu pun membuat Nabila terkesan tak berkonsentrasi penuh. Soalnya, dia sudah pada posisi check out time dari hotel dan buru-buru harus ke Bandara Sultan Iskandar Muda mengejar pesawat sore. Selebihnya sang Mama yang menejernya itu, sebentar-bentar memberi kode agar Nabila segera menyelesaikan wawancara.
Plus, sebentar-bentar pula ada pesan masuk di ponselnya. Sampai-sampai, sambil wawancara Nabila dengan kedua belah tanggannya harus mengurus dua ponselnya sekaligus yang keduanya bermerek terkenal. Tak jelas, jangan-jangan dia memang rikuh atau grogi sendiri dikejar waktu? Namun, Serambi sempat bertanya mengapa di dunia sinetron Nabila acap kali mendapat peran-peran berkarakter melo, kemayu, penyedih, atau sejenisnya. Seakan Nabila identik dengan kemirisan yang tak lepas dari burai air mata. Tak inginkah dia ke luar dari rutinitas dimensi melancholy itu, untuk peran-peran yang lebih berkarakter kuat, lagi menguras kemampuan akting?
“Sebenarnya aku ingin peran yang beda. Aku ingin wujudkan itu dalam film layar lebar, khususnya tema drama. Ya, mungkin untuk peran-peran yang lebih berkarakter antagonis atau, misalnya, sakit jiwa, psiko, ya semacam itu. Ya, nantilah,” kata Nabila. Dua tahun lalu, penyuka bakso ini memang pernah berperan untuk karakter antagonis di Sinetron “Ratu”. Tapi waktu itu sambutan masyarakat kurang positif. Banyak pesan singkat yang masuk ke ponselnya, justru memerotes akting Nabila yang tidak cocok untuk peran antagonis.
“Tapi, sutradara, team house, dan temen-temen aku bilang, aku sudah bisa memerankan antagonis. Ada yang beda dari aku. Tapi, sebaliknya justru orang yang SMS, rata-rata bilang mukaku gak cocok untuk peran antagonis,” ungkap Nabila bersemangat dan terkesan responsif bila membicarakan perihal akting.
Nabila baru terdiam sejenak ketika diminta pengakuannya apakah ada pengorbanannya dalam sinetron “Cinta dan Anugerah”, hingga mulai mengganggu tatanan kehidupan pribadinya, apalagi terus dikejar-kejar kalangan entertainment? “Yang pasti sih keseharian aku lebih banyak dihabiskan di lokasi syuting daripada di mal atau di rumah. Hampir setiap hari, aku syuting, terkadang usai makan siang sudah mulai syuting. Kadang kalau kejar tayang, kita syutingnya selesai pagi. Jadi, sangat menyita waktu,” jawab perempuan berdarah Arab ini, bagai ingin mengelak sebuah pengakuan lain.
“Tapi Nabila, sehubungan dengan sinetron ‘Cinta dan Anugerah’, pernah dikaitkan dengan Ashraff Sinclair, hingga terbetik kabar Bunga Cinta Lestari menjadi kesal dan hubungan Nabila dengan Yuri Ihza Mahendra jadi berantakan,” tuding Serambi akhirnya. “Hmm... itu sebenarnya sama sekali gak benar. Itu mungkin gosip-gosip yang mereka gunakan untuk mendongkrak rating. Ya, itu mungkin ya, aku juga gak tau. Yang pasti, hubungan aku sama Bunga (istri Ashraff -red) baik banget,” tegas Nabila, hingga senyumnya sirna.
Diduga sepi
Nabila baru bersemangat lagi untuk menanggapi pertanyaan bagaimanakah Aceh dalam pandangannya selama tiga hari di Banda Aceh. “Wah, tadinya aku membayangkan Banda Aceh itu kota yang sepi. Pukul sembilan malam aku turun pesawat, sepanjang jalan memang sepi. Dalam pikiranku ya memang begitu. Soalnya waktu tsunami kan banyak orang Aceh yang sudah gak ada. Eh, besoknya ternyata Banda Aceh ramai. Malah, aku dengar Banda Aceh sudah lebih ramai dari sebelum tsunami. Aku suka. Makanannya juga gak masalah bagi aku,” urai Nabila.
Dia pun tak keberatan, manakala pembicaraan kembali ke sinetron “Cinta dan Anugerah”, yang menurutnya, telah menumbuhkan kebanggaan tersendiri baginya. Katanya, sinetron yang kini sudah berepisode 250-an itu diperankan oleh para pemeran yang bagus, sutradaranya pun bagus, rating-nya juga bagus.
Nabila datang ke Banda Aceh pada 5 Januari lalu, juga dalam rangka syuting sinteron tersebut. “Ceritanya aku mencari ibu kandungku (Bu Sairah yang diperankan Cut Sarah -red). Tapi pertemuan itu gagal karena dalam cerita itu, kebetulan Banda Aceh sedang dilanda tsunami,” papar Nabila, lalu terputus karena dia dipanggil mamanya untuk segera berangkat ke bandara.
“Aduh maaf Kak, aku sebentar lagi mau berangkat. Maaf ya, terima kasih ya.”
“Satu lagi, Bil. Bagaimana dengan Yuri? Saya ingin mendengar itu langsung dari Nabila?”
Nabila tertegun sesaat. Dalam senyum tipis dan suara hampir tak terdengar, Nabila menjawab, “Aku dah gak sama Yuri lagi.”
“Belum ada ganti?”
“Belum,” jawab Nabila datar, pelan, tapi pasti.
Tak jelas bagaimana suasana hatinya. Barangkali memang belum ada jodoh antara dia dan Yuri, sang pengacara itu, meskipun ketika Nabila berulang tahun ke-22, kepada wartawan, ia pernah mengatakan, “Bagi aku, Yuri adalah kado spesial. Kami berdua sama-sama mendukung atas pekerjaan masing-masing.” Amboi, pernyataan itu, rupanya gugur sudah.
Seperti diberitakan, kabarnya selain dituduh dekat dengan Ashraff, ada wanita idaman lain yang berusia 20-an di antara Nabil-Yury. Apa boleh buat, cerita cinta Nabila-Yuri selesai sebelum berlabuh di pelaminan. Tapi, siapa yang tahu jodoh, pertemuan, dan maut? Mana tahu ini hanya ujian, lalu Nabila-Yuri bertemu lagi seperti dalam cerita novel atau telenovela?
Dia pun tak keberatan, manakala pembicaraan kembali ke sinetron “Cinta dan Anugerah”, yang menurutnya, telah menumbuhkan kebanggaan tersendiri baginya. Katanya, sinetron yang kini sudah berepisode 250-an itu diperankan oleh para pemeran yang bagus, sutradaranya pun bagus, rating-nya juga bagus.
Nabila datang ke Banda Aceh pada 5 Januari lalu, juga dalam rangka syuting sinteron tersebut. “Ceritanya aku mencari ibu kandungku (Bu Sairah yang diperankan Cut Sarah -red). Tapi pertemuan itu gagal karena dalam cerita itu, kebetulan Banda Aceh sedang dilanda tsunami,” papar Nabila, lalu terputus karena dia dipanggil mamanya untuk segera berangkat ke bandara.
“Aduh maaf Kak, aku sebentar lagi mau berangkat. Maaf ya, terima kasih ya.”
“Satu lagi, Bil. Bagaimana dengan Yuri? Saya ingin mendengar itu langsung dari Nabila?”
Nabila tertegun sesaat. Dalam senyum tipis dan suara hampir tak terdengar, Nabila menjawab, “Aku dah gak sama Yuri lagi.”
“Belum ada ganti?”
“Belum,” jawab Nabila datar, pelan, tapi pasti.
Tak jelas bagaimana suasana hatinya. Barangkali memang belum ada jodoh antara dia dan Yuri, sang pengacara itu, meskipun ketika Nabila berulang tahun ke-22, kepada wartawan, ia pernah mengatakan, “Bagi aku, Yuri adalah kado spesial. Kami berdua sama-sama mendukung atas pekerjaan masing-masing.” Amboi, pernyataan itu, rupanya gugur sudah.
Seperti diberitakan, kabarnya selain dituduh dekat dengan Ashraff, ada wanita idaman lain yang berusia 20-an di antara Nabil-Yury. Apa boleh buat, cerita cinta Nabila-Yuri selesai sebelum berlabuh di pelaminan. Tapi, siapa yang tahu jodoh, pertemuan, dan maut? Mana tahu ini hanya ujian, lalu Nabila-Yuri bertemu lagi seperti dalam cerita novel atau telenovela?
(nani hs)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar