20/01/10

PEMERINTAH ACEH BANTU BALIA KE MURI

Serambi Indonesia / 19 Januari 2010, 14:50

BANDA ACEH – Pemerintah Aceh menyumbang uang untuk Muda Balia (29) sebesar Rp 65 juta, tadi malam. Dengan uang itu, seniman pelantun hikayat peh bantai (berhikayat sampai menepuk bantal) yang penampilannya mirip trubadur almarhum Adnan PMTOH itu, bakal bisa berangkat ke Semarang untuk menerima sertifikat Museum Rekor Indonesia (Muri).

Sebagaimana dikisahkan Serambi, Minggu (17/1), Muda Balia sempat terkatung-katung di Banda Aceh, karena tak punya dana untuk mengambil sertifikat Muri atas rekor yang dicapainya pada 26 Desember 2009. Rekor itu adalah tampil nonstop 26 jam di samping kanan Kapal PLTD Apung, Gampong Punge Blangcut, Banda Aceh, melantunkan hikayat peh bantai pada saat peringatan lima tahun tsunami.

Informasi tentang adanya bantuan uang dari Pemerintah Aceh itu diperoleh Serambi, Senin (18/1) sore dari Kabag Humas Kantor Gubernur Aceh, Nurdin F Joes. Namun, tidak disebutkan berapa besar jumlah sumbangan tersebut. F Joes hanya menyebutkan, sumbangan selain berasal dari Gubernur Irwandi juga Wagub Muhammad Nazar yang diserahkan secara terpisah.

Gubernur Irwandi memang pernah berjanji akan memberi tambahan uang kepada Muda Balia menjelang akhir pertunjukannya di kompleks Kapal PLTD Apung pada 27 Desember 2009 siang. Uang tersebut dibutuhkan Balia untuk mengambil sertifikat Muri ke Semarang, Jawa Tengah. Tadi malam, Gubernur Irwandi mengundang Muda Balia ke kediamannya di kawasan Lampriek, Banda Aceh. Pada kesempatan itulah bantuan atas nama Pemerintah Aceh itu diberikan.

Menurut Irwandi, Pemerintah Aceh pantas memberi dukungan kepada Muda Balia, karena profesi yang digelutinya kini (seniman tutur) sudah sangat langka. “Sepeninggal Teungku Adnan PMTOH, kita di Aceh hanya punya dua seniman yang mengembangkan seni bertutur, yakni Muda Balia yang menggunakan bahasa Aceh serta Agus Nur Akmal yang menggunakan bahasa Indonesia dalam penampilannya,” ulas Irwandi.

Bantuan yang diberikan Pemerintah Aceh itu, menurutnya, merupakan stimulan yang diharapkan dapat memotivasi Muda Balia untuk berkarya lebih baik lagi. “Ke depan pun sangat kita harapkan lahirnya Muda Balia-Muda Balia lainnya yang lebih muda dari Balia, sehingga seni tutur ini tetap ada pewarisnya di Aceh,” demikian Irwandi.

Di sisi lain Wagub Muhammad Nazar menjelaskan, pengambilan sertifikat Muri oleh Muda Balia ke Semarang memang penting, sebagai pengakuan nasional terhadap prestasi seniman Aceh. Wagub juga menyatakan, ia akan memperhatikan perkembangan karier Muda Balia, termasuk mempromosikannya ke pertunjukan-pertunjukan seni tradisi Aceh di dalam dan luar negeri.

Ditanya soal ini, Gubernur Irwandi mengingatkan agar dilihat juga konteks dan relevansinya tampil di pentas nasional bahkan mancanegara, mengingat Muda Balia menggunakan bahasa Aceh sebagai medium penyampaian pesannya. “Apa cukup banyak orang di luar Aceh yang mengerti bahasa Aceh, sehingga mereka bisa menikmati permainan Balia?” tanya Irwandi.

Menurutnya, di tingkat nasional saat ini sudah ada Agus Nur Akmal yang berkiprah atas nama putra Aceh dengan menggunakan bahasa Indonesia, sedangkan di tingkat lokal, sudah ada Balia. Di sisi lain Gubernur menilai, potensi Balia cukup efektif diarahkan untuk menyampaikan pesan-pesan moral, pendidikan, termasuk sejarah Aceh. Untuk berbagai penyuluhan dan pesan-pesan pembangunan pun, menurutnya, Balia tepat dilibatkan.

Teuku Afifuddin, mediator pengurusan sertifikat Muri tersebut menjelaskan kemarin bahwa hari Kamis mendatang rombongan Muda Balia akan bertolak ke Jakarta dan seterusnya ke Kantor Muri di Semarang. Muda Balia akan didampingi oleh dua orang pengurus DKA, di samping Afifuddin sendiri.

Senin kemarin, mereka menyelesaikan segala dokumen yang diperlukan Muri. Antara lain akte notaris, film dokumenter dari pertunjukannya 26 jam di Gampong Punge, dan surat-surat lainnya. Menurut Afifuddin, pihak Muri sudah dihubungi dan siap menunggu kedatangan Muda Balia ke sana. Direncanakan Jaya Suprana sebagai Ketua Museum Rekor Indonesia akan menyerahkan langsung sertifikat penting itu kepada Muda Balia.

Selain bantuan dari Gubernur dan Wagub Aceh, sejumlah simpatisan juga memberikan sumbangan secara pribadi kepada Muda Balia untuk memperlancar perjalanannya bersama para pendamping ke Semarang (pulang-pergi). Uang yang terkumpul juga akan digunakan Muda Balia menyewa rumah di Banda Aceh, karena seusai pertunjukannya tanggal 27 Desember tahun lalu, Balia dan keluarga terpaksa mengingap darurat di sebuah ruang galeri Taman Budaya Banda Aceh.

Kelahiran Bakongan

Muda Balia lahir di Seunebok Alue Buloh, Kecamatan Bakongan, Aceh Selatan, 29 silam lalu. Namanya di kalangan seniman Aceh kontemporer tak begitu asing lagi. Bahkan, atraksinya melantunkan hikayat nyaris menyerupai lakon Tgk Adnan PMTOH, trubadur top Aceh yang meninggal tahun 2006 karena sakit.

Tampil baca hikayat 26 jam nonstop dalam peringatan lima tahun tsunami di arena Kapal PLTD Apung, Punge Blangcut, Banda Aceh, Muda Balia berhak atas rekor Muri. Hikayat peh bantai tersebut baru selesai dibawakannya pada Minggu (27/12) siang. Pada hari itulah Gubernur Irwandi mendatangi pentas pertunjukannya.

Nani.HS/Yarmen Dinamika



Tidak ada komentar: