13/02/12

TITOK, BERGOYANG TANPA TERASA

Serambi Indonesia/Minggu,12 Februari 2012



“SAYA ini tukang antar surat, sampai tua,” ujar Titok sambil tertawa. Musisi ini konon tak suka berlebih-lebihan. Ia sangat merendah dan berterus terang tentang kegetiran yang telah dilalui selama hidupnya. Kini, pensiunan PLN itu menggelantung di sebuah keyboard yang sudah digelutinya sejak lama.

Siapa yang tak kenal Titok? Paling tidak di kalangan penggemar musik di Aceh, Titok yang bernama asli Sucipto itu dikagumi karena kebolehannya. Pemain keyboard ini bisa tarik suara semirip Louis Amstrong. Suaranya serak-serak basah dan lepas ke udara. Ia, agaknya memang tak bisa dipandang enteng. Hanya nasib badan saja yang tak beruntung. Andaikata dia menetap di Jakarta, bisa jadi bahunya sejajar dengan musisi-musisi berat lainnya.

Lahir di Banda Aceh, 1953, Titok membawa darah seni dari orang tuanya. Seniman sampai tua ini tak pernah menyerah. Digelutinya keyboard habis-habisan. Maka dia bereksperimen dengan alat musik one for all, satu alat semua suara. “Saya modifikasi, agar keyboard saya benar-benar bisa membumi,” katanya mengisahkan intuisi eksperimentalianya itu. Maksudnya, agar keyboard tak hanya bersuara konvensional, tapi bisa menghasilkan suara-suara alat musik lokal, misalnya seurunee kale dan rapa-i.

Titok berhasil, meski keyboard berbasis pentatonik sulit sekali menemukan nada-nada mikrotonik yang umumnya jadi basis nada musik Aceh. Ia mengkolaborasikan musik Aceh dengan musik konvensional. Dengarlah lagu “Rukok Meugogok” yang berlirik Aceh ciptaannya. Diaransirnya lengkap dengan intro seurunee kale, lalu dinyanyikannya dengan suara Louis Amstrong dalam tempo slow rock. Enak didengar dan sangat menggelitik.

Bagi Titok, keyboard-nya menjadi semacam azimat. Soalnya alat yang disebutnya sebagai peutoebeuet (peti menyanyi) itu sudah berkemampuan prima. Suara-suara yang dimodifikasi itu berasal dari rekaman asli alat-alat musik yang diolahnya menjadi program. Misalnya saxophone, direkamnya dari permainan saxophone pemusik kondang seperti Pomo. Suara itu dimasukkan ke keyboard, lalu di-compose dengan komputer. Hasilnya? Suara saxophone keyboard Titok, ya seperti aslinya.

Berbeda dengan suara keyboard bawaan pabrik. “Suaranya memang bisa mirip saxophone, tapi itu hasil rekayasa elektronik digital yang beda dengan rekaman life dari perangkatnya,” ujar Titok.

Suara saxophone dari keyboard Titok, persis suara asli, sampai desis dari lidah saxophone juga terdengar. Lalu banyak suara jenis alat musik lain yang telah di-input ke dalam keyboard-nya sekarang. Akordion, biola, suling, entah apa lagi. Sehingga, Titok bisa melayani berbagai lagu. lagu-lagu pop, jazz, rock, dangdut, melayu, bahkan sampai keroncong.

Dari Bangkok 

Keyboard itu punya sejarah sendiri. Alat musik itu dibelinya dengan susah payah di Bangkok. Mereknya KORG, buatan Jerman. Waktu itu tahun 1980, harganya kira-kira tiga jutaan rupiah. “Itu mahal sekali. Cuma itulah uang saya, tapi saya senang sekali karena telah punya alat musik idaman,” ujar Titok.

Celakanya, bagaimana bawa pulangnya? Masuk lewat pabean Indonesia, tentu harus bayar. Padahal Titok tak punya uang lagi. Karena itu dia nekat pulang dengan kapal ikan yang menuju wilayah Peureulak. “Jadi itu barang selundupan, ya?” tanya Serambi. Titok tertawa terbahak-bahak, merasa lucu dituduh penyelundup. Tapi itu sudah jadul, kok. Mau apa lagi?

Kini keyboard kesayangannya itu memang menjadi barang tua. Meskipun begitu, sudah ada orang menawar mau beli dengan harga mahal. “Memang sih saya butuh uang. Tapi mana mungkin saya menjualnya. Kalau lepas, maka seluruh proses kreatif saya ikut lenyap,” tutur Titok.

Dia pun telah membangun kehidupan berkeseniannya pelan-pelan. Sejak tahun 1981 Titok mendirikan “Titok Entertainment” sebagai wadah usahanya. Titok sekarang punya peralatan sound yang cukup, bahkan sampai 10.000 watt. Bisa melayani kebutuhan lapangan dengan massa yang banyak.

Di Ultah Serambi

Kemis, pekan lalu, Titok tampil di pentas Ultah ke-23 Serambi Indonesia. Titok sempat melantunkan “Bangun Tidur, Tidur Lagi” ala Mbah Surip. Penontonpun, bertepuk, bergoyang tanpa terasa. Bukan main, HUT yang sederhana itu jadi meriah. Titok mampu melayani para karyawan yang ingin tarik suara. Mulai yang menyanyi bagus, sampai yang kacau-balau. Kelebihan Titok memang di situ. Bisa dengan cepat menyesuaikan nada penyanyi yang “lari” tone-nya. Tukar “kunci nada” dengan cepat tanpa terasa, bahkan sampai menyesuaikan tempo yang kacau. Semuanya jadi oke.

Vokalis andalan

Yang paling oke, Titok kini punya primadona. Vokalis cewek yang konon punya suara keren, Irma, nama pentasnya. Irma ternyata punya warna suara semirip Krisdayanti. Bahkan sampai ke vibra dan cengkoknya. Irma sudah bergabung dengan Titok sejak 2004. Nama lengkapnya Irma Suryani SH, kelahiran Banda Aceh, 14 November 1975. Ia lulusan Unsyiah yang punya bakat jadi penyanyi kondang. Berbagai festival telah diikutinya sejak 1993. Tahun 1994-1996 pernah juara II dan III pop jazz, juara III pok rock, harapan I dangdut, dan juara II Bintang Radio se-Aceh. “Yang belum saya rekaman, belum ada yang ngajak, gitu,” ujar Irma, santai.

Tak pelak, dengan kehadiran Irma, Titok Entertainment seakan menjadi three in one. Yakni KORG, Titok dan Irma menjadi satu dalam berbagai Titok Show. Mau pesan Titok Entertainment? Kontak saja ke HP 08126905859. “Pokoknya beres,” ujar Titok sambil he..he..he.

Nani.HS


Tidak ada komentar: