Serambi Indonesia/Sabtu, 12 Januari 2013 12:15 WIB
Berita Terkait
Maya, Rasanya Seperti Bersaudara
KENAPA komunitas hijabers belakangan mulai dibicarakan? Apa dari segi fashionablenya? Karena Indonesia telah menjadi trendsetter busana muslim? Atau karena hijabers “identik” dengan cantik dan modis? Tapi, apapun kesan dan julukannya, pada faktanya komunitas hijabers muncul juga di Aceh. Malah sedang ngetrend-ngetrendnya.
· Mengangkat citra positif hijab di lingkungan masyarakat
· Mempersatukan semua individu wanita pemakai hijab di Aceh dalam satu wadah
· Mensosialisasikan hijab sebagai kewajiban yang menyenangkan dan tanpa paksaan dari pihak-pihak tertentu.
· Merangkul semua individual bagi yang belum maupun yang sedang dalam proses belajar memaka hijab.
· Memfasilitasi wadah kegiatan yang bersifat positif yang berkaitan dengan Islam, wanita dan hijab.(*)
kegiatan hc aceh
· Tausyiah Islami; yaitu berbagai kajian tentang agama Islam yang dirangkum dalam suatu forum diskusi pembelajaran yang akrab, dan tidak terkesan menggurui, dengan didampingi oleh para ustazah terkemuka di Aceh.
· Hijab Class; yaitu tutorial aneka ragam kreasi gaya berhijab yang bisa diaplikasikan sehari-hari, atau pada acara-acara khusus. Untuk hijab class ini, pemateri/tutor bisa berasal dari kalangan HC Aceh, dan tak jarang didatangkan dari HC Pusat, serta tutor-tutor terkemuka lain yang sudah banyak dikenal kreatifitasnya dalam berhijab.
· Salam Muslimah; yaitu kegiatan silaturrahmi antarpengurus dan anggota lainnya, ajang bertukar pikiran, satu sama lain, membahas tentang banyak hal terutama kegiatan bermanfaat yang ingin dilakukan atas nama HC Aceh. Sedangkan kegiatan yang sifatnya tentative antara lain: Charity, bazaar, fashion show, manners course, make up tutorial.(nan/hca)
Berita Terkait
Maya, Rasanya Seperti Bersaudara
KENAPA komunitas hijabers belakangan mulai dibicarakan? Apa dari segi fashionablenya? Karena Indonesia telah menjadi trendsetter busana muslim? Atau karena hijabers “identik” dengan cantik dan modis? Tapi, apapun kesan dan julukannya, pada faktanya komunitas hijabers muncul juga di Aceh. Malah sedang ngetrend-ngetrendnya.
Tersebutlah Hijabers Community (HC) Aceh, yang hampir dua tahun terbentuk. Awalnya, bukan bernama HC Aceh, tapi Hijabi Aceh Society (dibentuk pada Senin, 4 Juli 2011). Lalu, pada Jumat 7 Oktober 2011, HC Pusat memperbolehkan Hijabi Aceh Society bergabung dengan HC Pusat, dengan nama Hijabers Community Aceh. Itu artinya setelah HC Pusat, HC Jakarta, HC Bandung, HC Padang, lahirlah HC Aceh, diikuti HC Jakarta. HC Aceh langsung diresmikan HC Pusat.
Menurut Ketua Hijabers Community Aceh, Cut Myra Angela, tidak mudah bisa bergabung dengan HC Pusat. Setidak-tidaknya harus memenuhi kriteria tertentu terhadap jajaran pengurus, bentuk kegiatan, karakter, visi dan misi, dan menjadikan pengajian sebagai rutinitas komunitas.
Sebenarnya ketentuan HC Pusat memang sudah relevan dengan keberadaan HC Aceh. Sebagaimana diungkapkan Myra, pembentukan komunitas ini, diawali dari keinginan beberapa muslimah Aceh untuk membentuk ajang silaturrahmi antarperempuan di Aceh, yang berkomitmen untuk memakai hijab bukan karena keterpaksaan, tetapi lebih kepada kesadaran mamatuhi syariat Islam. Lalu difokuskan juga sebagai ajang berbagi hal-hal positif, terutama dalam usaha menjadi sosok muslimah yang lebih baik. Sehingga mampu memberikan citra positif sebagai muslimah Aceh, di berbagai kalangan masyarakat.
Lalu siapa hijabers? Kaum high class, para remaja, atau kalangan penyuka fesyen?”Yang jelas, komunitas ini bukan sekadar mau modis dan cantik dalam penampilan. Tapi lebih kepada innerbeautylah. Bahwa kita lebih modis dalam mengenakan hijab, sih iya. Tapi lebih dari sekadar tampilan atau gaya, kita tetap tidak melupakan yang syar’i. Anggota dari HC Aceh pun berasal dari berbagai latar belakang dan ragam profesi. Mulai dari mahasiswi, dokter, dokter gigi, pengusaha. hingga ibu rumah tangga, dengan usia antara 20-35 tahun,” ungkap Myra.
“Dan saat kami ngumpul, nyaris tidak ada yang bergosip loh,” timpal pengurus di Divisi PR & Sponsorship HC Aceh, Maya Safira Dahlan.
Senada dengan Maya, Myra juga mengatakan, bahan obrolan di lingkungan HC Aceh, sangat beragam, dari bahan obrolan yang ringan seperti masalah pribadi, tempat hangout yang asik dan pantas, kreasi hijab terbaru, alat-alat dan cara bermake-up, dan sebagainya. Namun lebih sering membahas masalah sosial, termasuk apa yang bisa dilakukan HC Aceh sebagai kontribusi dalam penyelesaian masalah tersebut. “Saat bertemu kita lebih sering membicarakan rencana event kita ke depan,” kata Myra.
“Pada prinsipnya HC Aceh, tetap ingin menjadi komunitas yang setidak-tidaknya, bisa menjadi inspirasi bagi perempuan lain, bahwa dengan hijab orangpun tetap update untuk fesyen. Yang penting gaya busananya syar’i, tidak ketat dan hijab menutupi dada. Mari tetapkan hati, luruskan niat dan ikhlas. Dengan menggunakan hijab tidak akan mengurangi penampilan. Malah sebaliknya kita akan terlihat makin cantik, anggun, dan terhormat. Ayok kita sama-sama untuk lebih sempurna berhijab,” pungkas Maya, yang Selasa (8/1) siang lalu, di News Room Serambi, bersama-sama Myra menjelaskan apa, siapa, dan bagaimana komunitas Hijabers Community Aceh.
Dengan tidak bertujuan ria, mereka juga mengungkapkan kalau sejauh ini sudah ada pihak-pihak yang mengajak bekerjasama, termasuk kalangan kampus, radio, dan televisi, walau nonkomersil sifatnya. Satu hal yang tidak mau mereka respon, yaitu masuk ke ranah politik. (nani hs)
visi misi
Menurut Ketua Hijabers Community Aceh, Cut Myra Angela, tidak mudah bisa bergabung dengan HC Pusat. Setidak-tidaknya harus memenuhi kriteria tertentu terhadap jajaran pengurus, bentuk kegiatan, karakter, visi dan misi, dan menjadikan pengajian sebagai rutinitas komunitas.
Sebenarnya ketentuan HC Pusat memang sudah relevan dengan keberadaan HC Aceh. Sebagaimana diungkapkan Myra, pembentukan komunitas ini, diawali dari keinginan beberapa muslimah Aceh untuk membentuk ajang silaturrahmi antarperempuan di Aceh, yang berkomitmen untuk memakai hijab bukan karena keterpaksaan, tetapi lebih kepada kesadaran mamatuhi syariat Islam. Lalu difokuskan juga sebagai ajang berbagi hal-hal positif, terutama dalam usaha menjadi sosok muslimah yang lebih baik. Sehingga mampu memberikan citra positif sebagai muslimah Aceh, di berbagai kalangan masyarakat.
Lalu siapa hijabers? Kaum high class, para remaja, atau kalangan penyuka fesyen?”Yang jelas, komunitas ini bukan sekadar mau modis dan cantik dalam penampilan. Tapi lebih kepada innerbeautylah. Bahwa kita lebih modis dalam mengenakan hijab, sih iya. Tapi lebih dari sekadar tampilan atau gaya, kita tetap tidak melupakan yang syar’i. Anggota dari HC Aceh pun berasal dari berbagai latar belakang dan ragam profesi. Mulai dari mahasiswi, dokter, dokter gigi, pengusaha. hingga ibu rumah tangga, dengan usia antara 20-35 tahun,” ungkap Myra.
“Dan saat kami ngumpul, nyaris tidak ada yang bergosip loh,” timpal pengurus di Divisi PR & Sponsorship HC Aceh, Maya Safira Dahlan.
Senada dengan Maya, Myra juga mengatakan, bahan obrolan di lingkungan HC Aceh, sangat beragam, dari bahan obrolan yang ringan seperti masalah pribadi, tempat hangout yang asik dan pantas, kreasi hijab terbaru, alat-alat dan cara bermake-up, dan sebagainya. Namun lebih sering membahas masalah sosial, termasuk apa yang bisa dilakukan HC Aceh sebagai kontribusi dalam penyelesaian masalah tersebut. “Saat bertemu kita lebih sering membicarakan rencana event kita ke depan,” kata Myra.
“Pada prinsipnya HC Aceh, tetap ingin menjadi komunitas yang setidak-tidaknya, bisa menjadi inspirasi bagi perempuan lain, bahwa dengan hijab orangpun tetap update untuk fesyen. Yang penting gaya busananya syar’i, tidak ketat dan hijab menutupi dada. Mari tetapkan hati, luruskan niat dan ikhlas. Dengan menggunakan hijab tidak akan mengurangi penampilan. Malah sebaliknya kita akan terlihat makin cantik, anggun, dan terhormat. Ayok kita sama-sama untuk lebih sempurna berhijab,” pungkas Maya, yang Selasa (8/1) siang lalu, di News Room Serambi, bersama-sama Myra menjelaskan apa, siapa, dan bagaimana komunitas Hijabers Community Aceh.
Dengan tidak bertujuan ria, mereka juga mengungkapkan kalau sejauh ini sudah ada pihak-pihak yang mengajak bekerjasama, termasuk kalangan kampus, radio, dan televisi, walau nonkomersil sifatnya. Satu hal yang tidak mau mereka respon, yaitu masuk ke ranah politik. (nani hs)
visi misi
· Mengangkat citra positif hijab di lingkungan masyarakat
· Mempersatukan semua individu wanita pemakai hijab di Aceh dalam satu wadah
· Mensosialisasikan hijab sebagai kewajiban yang menyenangkan dan tanpa paksaan dari pihak-pihak tertentu.
· Merangkul semua individual bagi yang belum maupun yang sedang dalam proses belajar memaka hijab.
· Memfasilitasi wadah kegiatan yang bersifat positif yang berkaitan dengan Islam, wanita dan hijab.(*)
kegiatan hc aceh
· Tausyiah Islami; yaitu berbagai kajian tentang agama Islam yang dirangkum dalam suatu forum diskusi pembelajaran yang akrab, dan tidak terkesan menggurui, dengan didampingi oleh para ustazah terkemuka di Aceh.
· Hijab Class; yaitu tutorial aneka ragam kreasi gaya berhijab yang bisa diaplikasikan sehari-hari, atau pada acara-acara khusus. Untuk hijab class ini, pemateri/tutor bisa berasal dari kalangan HC Aceh, dan tak jarang didatangkan dari HC Pusat, serta tutor-tutor terkemuka lain yang sudah banyak dikenal kreatifitasnya dalam berhijab.
· Salam Muslimah; yaitu kegiatan silaturrahmi antarpengurus dan anggota lainnya, ajang bertukar pikiran, satu sama lain, membahas tentang banyak hal terutama kegiatan bermanfaat yang ingin dilakukan atas nama HC Aceh. Sedangkan kegiatan yang sifatnya tentative antara lain: Charity, bazaar, fashion show, manners course, make up tutorial.(nan/hca)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar