Tempo Interaktif :
Jum’at, 01 September 2006 | 14:29 WIB
Banda Aceh : Lapena (Institute for Culture and Society) Banda Aceh sejak Kamis pekan lalu melaksanakan kegiatan Sastrawan Aceh Masuk Sekolah. Kegiatan ini akan berlangsung sampai 25 November mendatang.
Sasaran kegiatan ini adalah 21 sekolah setingkat sekolah menengah atas/madrasah aliyah di 21 kabupaten/kota seluruh Aceh. “Kegiatan ini melibatkan 29 sastrawan Aceh, yang mencakup novelis, penulis cerpen, penyair, dan penulis esay,” kata Sulaiman Tripa, anggota staf Divisi Program Lapena.
Sastrawan yang diikutkan antara lain Ridwan Amran, Helmi Hass, Nab Bahany, Rosni Idham, D. Kemalawati, Doel CP Allisah, Udin Pelor, Harun Al Rasyid, Nani HS., Agam Fawirsa, Mustafa Ismail, Zulfikar Sawang, Saiful Bahri, Ayi Jufridar, Halim Mubary, Azhari, Fozan Santa, Arafat Nur, Deny Pasla, dan M.N. Age.
Kegiatan ini dibiayai Badan Rekonstruksi dan Rehabilitasi Aceh, yang merupakan program penting dalam rangka memperkenalkan sastrawan Aceh secara langsung ke sekolah-sekolah. Sebagian besar yang dikunjungi berada di luar kota. “Kita berusaha tidak berfokus di kota,” kata Sulaiman lagi.
Rupanya, menurut Sulaiman, animo siswa di daerah cukup besar terhadap sastra. Ia menyebut salah satu contoh ketika mengunjungi sebuah SMA di Lueng Putu, Kabupaten Pidie. “Kami menghabiskan waktu sampai tiga jam dan siswa sangat aktif bertanya tentang berbagai hal,” ujar Sulaiman.
Pola kegiatan yang dilaksanakan sangat sederhana. Lapena mengusulkan kepada sekolah agar acara dilakukan di atas pukul 12.00 dan diutamakan di kelas yang ada pelajaran sastra waktu itu plus siswa lain yang menyukai sastra. “Kenyataannya, beberapa sekolah meminta kami datang lebih awal,” katanya.
Lapena, Sulaiman melanjutkan, mengharapkan kegiatan ini bisa melahirkan kecintaan siswa di Aceh terhadap sastra, khususnya untuk membangkitkan minat baca siswa. “Kegiatan ini berusaha sekuat tenaga agar bisa mencapai tujuan itu,” ujarnya.
Kegiatan sastrawan masuk sekolah ini dilaksanakan Lapena berdampingan dengan kegiatan penulisan buku Santriwati Salafiah Aceh, yang berlangsung di Dayah MUDI Masjid Raya Samalanga pada Minggu lalu.
Menurut Sulaiman, yang juga menjadi koordinator penulisan buku itu, ada enam santri Aceh yang sudah mulai difasilitasi. “Mereka sudah diberikan workshop menulis dan untuk tiga bulan ke depan mereka akan difasilitasi untuk menyelesaikan sebuah buku bersama yang ditulis enam penulis itu,” ujarnya.
Jum’at, 01 September 2006 | 14:29 WIB
Banda Aceh : Lapena (Institute for Culture and Society) Banda Aceh sejak Kamis pekan lalu melaksanakan kegiatan Sastrawan Aceh Masuk Sekolah. Kegiatan ini akan berlangsung sampai 25 November mendatang.
Sasaran kegiatan ini adalah 21 sekolah setingkat sekolah menengah atas/madrasah aliyah di 21 kabupaten/kota seluruh Aceh. “Kegiatan ini melibatkan 29 sastrawan Aceh, yang mencakup novelis, penulis cerpen, penyair, dan penulis esay,” kata Sulaiman Tripa, anggota staf Divisi Program Lapena.
Sastrawan yang diikutkan antara lain Ridwan Amran, Helmi Hass, Nab Bahany, Rosni Idham, D. Kemalawati, Doel CP Allisah, Udin Pelor, Harun Al Rasyid, Nani HS., Agam Fawirsa, Mustafa Ismail, Zulfikar Sawang, Saiful Bahri, Ayi Jufridar, Halim Mubary, Azhari, Fozan Santa, Arafat Nur, Deny Pasla, dan M.N. Age.
Kegiatan ini dibiayai Badan Rekonstruksi dan Rehabilitasi Aceh, yang merupakan program penting dalam rangka memperkenalkan sastrawan Aceh secara langsung ke sekolah-sekolah. Sebagian besar yang dikunjungi berada di luar kota. “Kita berusaha tidak berfokus di kota,” kata Sulaiman lagi.
Rupanya, menurut Sulaiman, animo siswa di daerah cukup besar terhadap sastra. Ia menyebut salah satu contoh ketika mengunjungi sebuah SMA di Lueng Putu, Kabupaten Pidie. “Kami menghabiskan waktu sampai tiga jam dan siswa sangat aktif bertanya tentang berbagai hal,” ujar Sulaiman.
Pola kegiatan yang dilaksanakan sangat sederhana. Lapena mengusulkan kepada sekolah agar acara dilakukan di atas pukul 12.00 dan diutamakan di kelas yang ada pelajaran sastra waktu itu plus siswa lain yang menyukai sastra. “Kenyataannya, beberapa sekolah meminta kami datang lebih awal,” katanya.
Lapena, Sulaiman melanjutkan, mengharapkan kegiatan ini bisa melahirkan kecintaan siswa di Aceh terhadap sastra, khususnya untuk membangkitkan minat baca siswa. “Kegiatan ini berusaha sekuat tenaga agar bisa mencapai tujuan itu,” ujarnya.
Kegiatan sastrawan masuk sekolah ini dilaksanakan Lapena berdampingan dengan kegiatan penulisan buku Santriwati Salafiah Aceh, yang berlangsung di Dayah MUDI Masjid Raya Samalanga pada Minggu lalu.
Menurut Sulaiman, yang juga menjadi koordinator penulisan buku itu, ada enam santri Aceh yang sudah mulai difasilitasi. “Mereka sudah diberikan workshop menulis dan untuk tiga bulan ke depan mereka akan difasilitasi untuk menyelesaikan sebuah buku bersama yang ditulis enam penulis itu,” ujarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar