Posted on Januari 1, 2009
Tabloid Seumangat
Musibah tsunami telah menelan dua puluh lima unit sepeda motor bekas, tiga unit mobil,dan semua property usahanya yang berharga di Istana Honda, di kawasan Kampung Baru Pasar Aceh, Banda Aceh. Maka sekitar satu miliar rupiah lenyap seketika. Namun bagi Yusuf Banta, kehilangan dan musibah itu tak seberapa, dibandingkan kehilangan istri dan tiga anak yang dikasihinya.
Sekitar empat purnama Yusuf bagai linglung, hampa, entah harus kemana, entah harus berbuat apa. Sempat pula terbang ke Jakarta untuk menenangkan galau hatinya. Tapi dia sadar kegembiraan seperti itu bukannya menyelesaikan masalah. Diam-diam keimanan dan akal Yusuf berbicara. Bukankah dia tak perlu sedih berkepanjangan? Bagaimanapun setiap musibah harus direlakan dengan seikhlas-ikhlasnya. “Pertama-tama manusiamemang tak punya apa-apa, lalu dititip segala sesuatu oleh Allah, lalu diambil kembali, lalu siapa tahu ketika diberikan-Nya lagi bisa-bisa bertambah,” begitu kata hati Yusuf, yang akhirnya membangkitkan kembali daya juangnya.
Di Jakarta, Yusuf yang tadinya ingin menyembuhkan hatinya yang perih, lalu bertemu dengan handai tolannya. Awalnya Yusuf ragu-ragu, masih mungkinkah ia meminta tolong?Namun kenyataannya, dia justru terharu. Setiap teman yang dimintainya tolong, malah antusias mengabulkan keinginannya. Kendati pertolongan itu dalam bentuk kemudahan-kemudahan untuk memulai usahanya kembali. Misalnya Yusuf tak perlu pusing memikirkan uang dulu untuk bisa membawa pulang suku cadang atau apalah yang menyangkut usaha barunya di Aceh. Yusuf tak mengira diketerpurukannya, orang-orang masih mempercayaainya secara bisnis.
Tapi sudah menjadi prinsip Yusuf, bahwa pinjam tetaplah pinjam, dan lulusan IAIN Ar-Raniry jurusan Peradilan Islam ini sejak dulu lebih suka mandiri. Dia harus segera punya modal lagi. Tatkala tekad sudah bulat memulai usaha barunya, sekali lagi Yusuf dilanda keraguan. “Masih bisa tidak ya saya pinjam ke bank? Jangan-jangan permohonan saya tidak diluluskan,” berbicara lagi hati Yusuf kala itu.
Begitulah, dia pun akhirnya terharu lagi. Tuhan selalu memberi kemudahan baginya. Tak banyak lika-liku, cairlah sudah pinjaman dari bank, sebesar Rp 300 juta dengan status pinjaman untuk modal kerja. Dengan rupiah sudah di tangan, Yusuf merasa sudah lebih percaya diri untuk memulai usaha, kendati kalau barang dari Medan atau Jakarta, Yusufmasih bisa mendapatkankan hanya dengan modal kepercayaan.
Tak banyak kiat Yusuf dalam dunia usaha jual beli kendaraan bermesin, yang sudah digelutinya sejak tahun 1998 itu. Pertama, menjalin hubungan baik dengan rekan bisnis atau orang-orang sekitar bisnis, harus jujur, jangan bikin kecewa siapa pun, berani melangkah tapi punya perhitungan. Kalau ada cobaan harus ikhlas dengan keyakinan yang Diambil Allah, senantiasa ada gantinya.
Itu diprakatikkan Yusuf sedari awal berusaha. Dulu ia berjaya pada lahan khusus jual beli sepeda motor bekas. Sekarang mulai dengan kaliber menjual mobil. Sejak tanggal 1 Januari 2008, Yusuf membuka show room-nya. Era Mobil yang berarti “sekarang eranya mobil, tidak sepeda motor bekas lagi”. Assetnya tentu sudah berlipat dari kejayaan Istana Honda, nostalgia plus aleginya Yusuf dalam usaha jual beli sepeda motor.
Meski Yusuf enggan berkomentar soal assetnya sekarang, tapi sebagai bayangan sebenarnya Yusuf sudah bisa melunaskan pinjaman Rp 300 juta nya. Lalu ada dua assetshow room yang kalau dihitung keseluruhanya sudah lebih dari bisa melunaskan pinjaman di bank.
Bagi Yusuf apa yang sudah diperolehnya sekarang, memang terasa lega. Bayangkan kalau saja ia sempat memperturutkan rasa tidak percaya dirinya untuk meminjam di bank. Walau pada awal-awal tsunami begitu banyak pos-pos bantuan, termasuk NGO atau LSM, tapi tak sekalipun lintas di benak Yusuf untuk datang ke sumber uang tersebut. Waktu itu yang terpikir oleh Yusuf, “kita jangan manja. Ayo berusaha sendiri.”
Keyakinan Yusuf akhirnya telah menjadi bukti keberhasilannya, dengan pelanggan dari seluruh Aceh, dengan nilai penjualan tinggi, barang cepat didapat, dan laku barangnya cepat. Yusuf pun memakai sistem berusaha dengan bekerjasama dengan semua lesing di Banda Aceh. Menurut Yusuf sistem ini sangat membantunya, terutama dalam soal pembelian mobilnya secara kredit. Nah, apa yang ingin dicapai Yusuf ? Dia tak menjawab. Senyumnya saja yang terkulum. Yang jelas dia menjadi sosok yang lebih ikhlas sekarang. Begitupun bagi orang-orang tercinta yang telah duluan pergi bersama tsunami. Keikhlasannya makin tebal, berpunca dari rasa puasnya karena telah mencukupi lahir batin, merawat, dan mengasihi mereka sebagaimana mestinya.
(nonlis dcp)
Tabloid Seumangat
Musibah tsunami telah menelan dua puluh lima unit sepeda motor bekas, tiga unit mobil,dan semua property usahanya yang berharga di Istana Honda, di kawasan Kampung Baru Pasar Aceh, Banda Aceh. Maka sekitar satu miliar rupiah lenyap seketika. Namun bagi Yusuf Banta, kehilangan dan musibah itu tak seberapa, dibandingkan kehilangan istri dan tiga anak yang dikasihinya.
Sekitar empat purnama Yusuf bagai linglung, hampa, entah harus kemana, entah harus berbuat apa. Sempat pula terbang ke Jakarta untuk menenangkan galau hatinya. Tapi dia sadar kegembiraan seperti itu bukannya menyelesaikan masalah. Diam-diam keimanan dan akal Yusuf berbicara. Bukankah dia tak perlu sedih berkepanjangan? Bagaimanapun setiap musibah harus direlakan dengan seikhlas-ikhlasnya. “Pertama-tama manusiamemang tak punya apa-apa, lalu dititip segala sesuatu oleh Allah, lalu diambil kembali, lalu siapa tahu ketika diberikan-Nya lagi bisa-bisa bertambah,” begitu kata hati Yusuf, yang akhirnya membangkitkan kembali daya juangnya.
Di Jakarta, Yusuf yang tadinya ingin menyembuhkan hatinya yang perih, lalu bertemu dengan handai tolannya. Awalnya Yusuf ragu-ragu, masih mungkinkah ia meminta tolong?Namun kenyataannya, dia justru terharu. Setiap teman yang dimintainya tolong, malah antusias mengabulkan keinginannya. Kendati pertolongan itu dalam bentuk kemudahan-kemudahan untuk memulai usahanya kembali. Misalnya Yusuf tak perlu pusing memikirkan uang dulu untuk bisa membawa pulang suku cadang atau apalah yang menyangkut usaha barunya di Aceh. Yusuf tak mengira diketerpurukannya, orang-orang masih mempercayaainya secara bisnis.
Tapi sudah menjadi prinsip Yusuf, bahwa pinjam tetaplah pinjam, dan lulusan IAIN Ar-Raniry jurusan Peradilan Islam ini sejak dulu lebih suka mandiri. Dia harus segera punya modal lagi. Tatkala tekad sudah bulat memulai usaha barunya, sekali lagi Yusuf dilanda keraguan. “Masih bisa tidak ya saya pinjam ke bank? Jangan-jangan permohonan saya tidak diluluskan,” berbicara lagi hati Yusuf kala itu.
Begitulah, dia pun akhirnya terharu lagi. Tuhan selalu memberi kemudahan baginya. Tak banyak lika-liku, cairlah sudah pinjaman dari bank, sebesar Rp 300 juta dengan status pinjaman untuk modal kerja. Dengan rupiah sudah di tangan, Yusuf merasa sudah lebih percaya diri untuk memulai usaha, kendati kalau barang dari Medan atau Jakarta, Yusufmasih bisa mendapatkankan hanya dengan modal kepercayaan.
Tak banyak kiat Yusuf dalam dunia usaha jual beli kendaraan bermesin, yang sudah digelutinya sejak tahun 1998 itu. Pertama, menjalin hubungan baik dengan rekan bisnis atau orang-orang sekitar bisnis, harus jujur, jangan bikin kecewa siapa pun, berani melangkah tapi punya perhitungan. Kalau ada cobaan harus ikhlas dengan keyakinan yang Diambil Allah, senantiasa ada gantinya.
Itu diprakatikkan Yusuf sedari awal berusaha. Dulu ia berjaya pada lahan khusus jual beli sepeda motor bekas. Sekarang mulai dengan kaliber menjual mobil. Sejak tanggal 1 Januari 2008, Yusuf membuka show room-nya. Era Mobil yang berarti “sekarang eranya mobil, tidak sepeda motor bekas lagi”. Assetnya tentu sudah berlipat dari kejayaan Istana Honda, nostalgia plus aleginya Yusuf dalam usaha jual beli sepeda motor.
Meski Yusuf enggan berkomentar soal assetnya sekarang, tapi sebagai bayangan sebenarnya Yusuf sudah bisa melunaskan pinjaman Rp 300 juta nya. Lalu ada dua assetshow room yang kalau dihitung keseluruhanya sudah lebih dari bisa melunaskan pinjaman di bank.
Bagi Yusuf apa yang sudah diperolehnya sekarang, memang terasa lega. Bayangkan kalau saja ia sempat memperturutkan rasa tidak percaya dirinya untuk meminjam di bank. Walau pada awal-awal tsunami begitu banyak pos-pos bantuan, termasuk NGO atau LSM, tapi tak sekalipun lintas di benak Yusuf untuk datang ke sumber uang tersebut. Waktu itu yang terpikir oleh Yusuf, “kita jangan manja. Ayo berusaha sendiri.”
Keyakinan Yusuf akhirnya telah menjadi bukti keberhasilannya, dengan pelanggan dari seluruh Aceh, dengan nilai penjualan tinggi, barang cepat didapat, dan laku barangnya cepat. Yusuf pun memakai sistem berusaha dengan bekerjasama dengan semua lesing di Banda Aceh. Menurut Yusuf sistem ini sangat membantunya, terutama dalam soal pembelian mobilnya secara kredit. Nah, apa yang ingin dicapai Yusuf ? Dia tak menjawab. Senyumnya saja yang terkulum. Yang jelas dia menjadi sosok yang lebih ikhlas sekarang. Begitupun bagi orang-orang tercinta yang telah duluan pergi bersama tsunami. Keikhlasannya makin tebal, berpunca dari rasa puasnya karena telah mencukupi lahir batin, merawat, dan mengasihi mereka sebagaimana mestinya.
(nonlis dcp)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar