Tabloid Seumangat :
Masih ingat dengan Pesantren Assasunnajah? Empat tahun lalu wadah penempaan umat ini, berlokasi di Lhoknga Aceh Besar, dan sudah memiliki madrasah tsanawiyah dan aliyahnya. Assasunnajah terbilang sohor waktu itu. Tapi itu sudah lenyap bersama musibah tsunami 2004. Dari sederet kenangan, yang tersisa pimpinannya, sejumlah pengajar, dan 59 orang santri saja.
Tak lama-lama berduka, pesantren pimpinan Abuya Tgk Jamaluddin Waly ini bangkit lagi dan sekarang sudah bercokol di Desa Ateuk Lueng Ie, Ingin Jaya, Aceh Besar.
Berkat kemurahan hati seorang warga–kebetulan masih famili dengan seorang pengajar di Assasunnajah– yang mewakafkan tanahnya, Assasunnajah berkiprah lagi.
Di tanah wakaf dua ribu meter persegi pemberian itu, Assasunnajah melalui bantuan BRR NAD-Nias dan salah satu NGO China sudah memilki fasilitas asrama dengan 28 kamar plus satu ruang serbaguna. Dalam dua bulan terakhir, BRR NAD-Nias pun telah membangun asrama putra fasilitas dua lantai, seluas 8 x 12 meter. Tak ketinggalan pihak Samsung membantu mendirikan lokal untuk madrasah tsanawiyah.
Berkembang sejak tahun 2005, kebangkitan Assasunnajah yang memiliki 130 santri (diantaranya 50 perempuan) sudah melegakan, bahkan hampir menyamai Assasunnajah yang dulu. Lahannya yang bertambah satu hektar, antara lain sudah terisi dengan bangunan memiliki koperasi (menyediakan kebutuhan hari-hari santri), usaha air minumisi ulang (termasuk untuk melayani pelanggan masyarakat sekitar), perikanan. Ada juga fasilitas traktor bantuan dari BRR NAD-Nias.
Gratis
Assasunnajah hingga sekarang tetap memuliaakan para yatim dan miskinnya. Ketujuh puluh orang santri di pesantren ini digratiskan dari segala biaya. Tetap berhak atas fasilitas sandang, pangan, dan papan. Sedangkan bagi santri dari golongan mampu, ada kewajiban Rp 20 ribu/bulan. Tak lain untuk menghonor para pengajar.
Assasunnajah memang didanai juga oleh dinas sosial, Rp75 ribu/bulan/santri. Tapi nilai itu menurut Abuya masih kurang, apalagi harga beras sudah Rp 80 ribu/zak.
Baru proposal
Banyak rencana yang akan digulirkan Assasunnajah yang sudah punya program paket C pesantren, yang diadakan departemen agama satu bulan terakhir itu. Namun masih banyak yang dikendalai dana atau mekanisme pelaksanaannya.
Program keterampilan untuk untuk sementara ini baru dalam tahap pengajuan proposal ke balai latihan kerja (BLK). Misalnya untuk skill pemasangan instalasi listrik, perbengkelan, dan program apapun yang dimiliki BLK). Sementara ini tidak semua santri mendapatkannya, hanya santri yang dinilai sudah cukup layak atau yang hampir lulus saja yang diberi kesempatan.
Lalu, usaha perikanan juga masih sebatas mengajukan proposal bantuan ke dinas perikanan, dan belum ada jawaban. Sementara traktor bantuan BRR NAD-Nias, sudah beberapa bulan terakhir tidak bisa difungsikan, karena fasilitas irigasi rusak. Yang sama sekali belum tersentuh bidang keterampilan adalah para santriwati. Tapi yang jelas menurut Abuya, itu sudah masuk rencana program ekstra Assasunnajah. Katakanlah jahit menjahit atau bidang lain yang padu padan dengan perempuan. Tentu saja sebagai pembekalan tambahan. Bukan saja handal dengan serba-serbi kepesantrenan, tapi juga siap latih dalam urusan keterampilan peremuan.
(nonlis dcp)
Masih ingat dengan Pesantren Assasunnajah? Empat tahun lalu wadah penempaan umat ini, berlokasi di Lhoknga Aceh Besar, dan sudah memiliki madrasah tsanawiyah dan aliyahnya. Assasunnajah terbilang sohor waktu itu. Tapi itu sudah lenyap bersama musibah tsunami 2004. Dari sederet kenangan, yang tersisa pimpinannya, sejumlah pengajar, dan 59 orang santri saja.
Tak lama-lama berduka, pesantren pimpinan Abuya Tgk Jamaluddin Waly ini bangkit lagi dan sekarang sudah bercokol di Desa Ateuk Lueng Ie, Ingin Jaya, Aceh Besar.
Berkat kemurahan hati seorang warga–kebetulan masih famili dengan seorang pengajar di Assasunnajah– yang mewakafkan tanahnya, Assasunnajah berkiprah lagi.
Di tanah wakaf dua ribu meter persegi pemberian itu, Assasunnajah melalui bantuan BRR NAD-Nias dan salah satu NGO China sudah memilki fasilitas asrama dengan 28 kamar plus satu ruang serbaguna. Dalam dua bulan terakhir, BRR NAD-Nias pun telah membangun asrama putra fasilitas dua lantai, seluas 8 x 12 meter. Tak ketinggalan pihak Samsung membantu mendirikan lokal untuk madrasah tsanawiyah.
Berkembang sejak tahun 2005, kebangkitan Assasunnajah yang memiliki 130 santri (diantaranya 50 perempuan) sudah melegakan, bahkan hampir menyamai Assasunnajah yang dulu. Lahannya yang bertambah satu hektar, antara lain sudah terisi dengan bangunan memiliki koperasi (menyediakan kebutuhan hari-hari santri), usaha air minumisi ulang (termasuk untuk melayani pelanggan masyarakat sekitar), perikanan. Ada juga fasilitas traktor bantuan dari BRR NAD-Nias.
Gratis
Assasunnajah hingga sekarang tetap memuliaakan para yatim dan miskinnya. Ketujuh puluh orang santri di pesantren ini digratiskan dari segala biaya. Tetap berhak atas fasilitas sandang, pangan, dan papan. Sedangkan bagi santri dari golongan mampu, ada kewajiban Rp 20 ribu/bulan. Tak lain untuk menghonor para pengajar.
Assasunnajah memang didanai juga oleh dinas sosial, Rp75 ribu/bulan/santri. Tapi nilai itu menurut Abuya masih kurang, apalagi harga beras sudah Rp 80 ribu/zak.
Baru proposal
Banyak rencana yang akan digulirkan Assasunnajah yang sudah punya program paket C pesantren, yang diadakan departemen agama satu bulan terakhir itu. Namun masih banyak yang dikendalai dana atau mekanisme pelaksanaannya.
Program keterampilan untuk untuk sementara ini baru dalam tahap pengajuan proposal ke balai latihan kerja (BLK). Misalnya untuk skill pemasangan instalasi listrik, perbengkelan, dan program apapun yang dimiliki BLK). Sementara ini tidak semua santri mendapatkannya, hanya santri yang dinilai sudah cukup layak atau yang hampir lulus saja yang diberi kesempatan.
Lalu, usaha perikanan juga masih sebatas mengajukan proposal bantuan ke dinas perikanan, dan belum ada jawaban. Sementara traktor bantuan BRR NAD-Nias, sudah beberapa bulan terakhir tidak bisa difungsikan, karena fasilitas irigasi rusak. Yang sama sekali belum tersentuh bidang keterampilan adalah para santriwati. Tapi yang jelas menurut Abuya, itu sudah masuk rencana program ekstra Assasunnajah. Katakanlah jahit menjahit atau bidang lain yang padu padan dengan perempuan. Tentu saja sebagai pembekalan tambahan. Bukan saja handal dengan serba-serbi kepesantrenan, tapi juga siap latih dalam urusan keterampilan peremuan.
(nonlis dcp)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar