08/04/09

ABU BAKAR DAN OBSESI MILIKI 3000 KARYAWAN

Tabloid Seumangat / 7 April 2009

Baginya, cari uang, adalah keharusan. Tapi di balik sikap dagangnya, ia mengaku tetap punya sisi lain untuk tetap membantu orang yang harus dibantu. Itulah Abu Bakar, yang pada tahun 2020 nanti, ingin punya karyawan 3000 orang. Big boss Pante Pirak Swalayan inipun, yakin bisa bertahan di sektor riil bidang retail, yang sudah dimulainya bertahun silam. Bidang itu menurutnya murah dan dekat dengan konsumen, sesuai dengan motto dagangnya.

”Motto usaha saya adalah, mendekatkan diri dengan konsumen,” kata Abu kepada Seumangat. Dia selalu berkiat, dimana ada keramaian, lihatlah kemungkinan. Ambil saja dulu, walau kecil, dan jangan tunggu yang besar.

Begitu pulalah, cara Abu Bakar bangkit kembali dari musibah tsunami 2004 yang menelan Rp 40 M kerugian. Dari empat pasar swalayan miliknya, hanya satu yang tersisa. Swalayan yang bercokol di Neusu itu kemudian menjadicikal bakal kebangkitan kembali Pante Pirak grup, yang hingga kini telah beranak pinak menjadi sembilan buah, plus delapan rumah makan, termasuk restoran makanan laut, dan toko roti.

Hanya sekitar empat tahun pascatsunami usaha Abu Bakar sudah berkembang pesat. Dapat bantuan? ”Tidak.Saya berutang dari teman-teman seprofesi. Sampai kini kami masih dipercaya. Istilahnya utang lancar.Mereka tidak kirim modal, tapi barang. Lalu, utang-utang terdahu di bank pun hanya direscedule saja. Sampai hari ini saya masih punya utang. Utang tak kan pernah habis. Saya pikir, satu point yang paling mahal adalah modal membangkitkan semangat. Saya melihat setelah tsunami peluang cukup besar. Nah semangat tambah peluang yang ada, maka tinggal jalan kan,”urai Abu Bakar.

Dia mengaku tak luput dari spekulasi juga dalam berdagang. Tapi selain mendengarkan nalurinya dagangnya, dia merasa harus berani berspekulasi.Sebut saja restoran makanan lautnya di Ulee Lheu. Abu ingin tampil beda dari restoran-restoran lain, ia pun memilih lokasi di pinggir laut, dengan konsep makan sambil rekreasi bersama keluarga. Untuk itu dia sengaja menambah aksesoris fun game untuk anak-anak.Ternyata, dari sekadar untuk konsumsi keluarga, restoran Abu kini juga menjadi tempat makan publik kantoran, pelancong, bahkan sasana mangkal pebisnis luar Aceh hingga mancanegara.

Dasar Abu Bakar yang kaya ide. Di restoran menghadap laut Ulee Lheu itu,lelaki separuh baya yang memulai bisnisnya di Pasar Jengek kawasan Pasar Aceh pada tahun 1970 ini, membuat unit usaha baru lagi, sebuah permainan air mengaum (water boom) yang baru rampung sekitar 50 %. ”Ya kalau direcearch secara akademis sih, pasti tidak fisibel. Tapi saya orang lapangan. Saya melihat visi lain. Orang Banda Aceh itu jenuh dengan sesuatu yang itu-itu juga.. Mereka ingin sesuatu yang beda. Nah, itulah yang kita jual Secara ilmiah ya konsepsi saya itu beda,” begitu argumen Abu Bakar untuk usaha restoran makanan lautnya yang nyaris tak pernah tak ada konsumennya.

Menurut Abu, membangun water boom, selain sebuah peluang lain, juga untuk memanjakan pelanggan. Yang konsumen tahu, water boom adanya di luar Aceh, dan untuk menjangkaunya butuh biaya mahal. Kecuali itu, kalau keluar sangat merugikan Aceh, karena konsumen telah membawa rupiahnya ke luar Aceh. Inilah yang disebut Abu kita harus melihat peluang dengan baik, meski untuk itu Abu harus melanglang keluar negeri untuk studi banding.

Kendati Abu Bakar sudah layak disebut pebisnis mapan, tapi dia masih terus melahirkan ide-idenya dan melebarkan sayap dagangnya. ”Ke depan memang sudah ada planing lain. Kita menyiapkan sistem dengan cara bergerilya. Kita terus mengisi peluang-peluang bisnis yang ada, walau yang kecil-kecil.” Itukah cara Abu untuk mewujudkan rencananya memiliki 3000 karyawan pada 2020? Mungkin saja. Setidak-tidaknya di Ulee Lheu saja setalah water boom selasai, Abu bisa menampung tenaga kerja hampir seratus orang. Belum lagi di swalayan, rumah makan, dan toko roti. Namun sebagai pengusaha lokal, sosok putus sekolah karena kemiskinan ini, tetap mengharap dukungan pemerintah. Sebaliknya, Abu juga ingin mendukung pemerintah sambil berniaga. Dia sadar betul, bahwa dirinya bagai perahu yang tergantung air. Air tinggi tinggilah perahunya. Ada ombak besar, karamlah perahunya. Tapi Abu berprinsip, kalau mau berbisnis ya janganlah mengeluh. Dengan cara bersaing sehat, Abu berharap akan lahir Pante Pirak Pante Pirak lain, agar bisa bergandeng tangan membantu yang lain.

(nonlis dcp)



Tidak ada komentar: