08/04/09

ROSNI IDHAM : TAK PERNAH MENGIMPIKAN AWARD

Tabloid Seumangat / 7 April 2009

Sepatutnya aku tak disini/Membaring hati antara taburan bintang/Menyusun mimpi selimut bersulam/Merangkai senyum kedip benderang/Siapa menambal tenda setahun lewat terpasang/Bayi-bayi berwarna merah mentari memanggang//

Itulah bunyi kuplet ke dua sajak Sepatutnya Aku Tak Disini, karya Rosni Idham yang dilahirkannya di Stockholom, April 2006. Rosni masih ingat ketika pertama kali membacakannya di Konfrensi Internasional (Building Permanent Peace in Aceh: One Year after the Helsinki Accord) di Jakarta, drh Irwandi Yusuf pernah bicara bernada protes dalam bahasa Aceh (kira-kira artinya, Anda salah alamat. Anda pikir kami senang-senang di Stockholom? Kami berjuang). Waktu itu Rosni menjawab, ”inilah apa yang saya lihat, apa yang saya rasakan. Ini kan kacamata saya.”

Ada yang memekik di dada mantan anggota DPRD Aceh Barat ini, manakala tanah tumpah darah ”terluka”, ketika putra putrinya bertikai. Godaman rasa itulah yang menghentak-hentak jiwanya untuk berbuat sesuatu. Namun Rosni, hanya punya kata. Dia pun menulis puisi, ceramah, menjadi panelis dari pertemuan ke pertemuan. Tahun demi tahun, kelahiran 6 Maret 1953 di sawang Manee, Nagan Raya ini tenggelam dalam kegiatan seputar isu perdamaian.

Waktu Rosni diumumkan sebagai pemenang Aceh Peace Award katagori promotif, tak sedikit tanggapan miring. Tapi, tentang ini Rosni tak berkomentar. Dia hanya mengatakan tak pernah mengimpikan bakal meraih penghargaan itu. ”Aduh bagaimana ya? Terus terang saya tak pernah mengimpikan award atau apapun namanya. Saya merasa, yang saya kerjakan selama ini semata-mata mengikuti naluri. Saya berusaha mempromosikan damai lewat sastra. Saya berpikir, kita ini kan bersaudara, lahir dari rahim yang sama, kenapa kita bertikai? Waktu masa-masa konflik,ini tak mudah bagi saya. Di saat kaum lelaki tak berani jalan, saya memeberanikan diri menyetir sendiri. Ini sangat mengerikan. Waktu itu saya melihat apa-apa dengan mata kepala sendiri. Tapi entah kenapa saya tak mau berhenti menyuarakan damai. Saya kerja tulus saja. Demi Allah apa-apa yang saya lakukan semata-mata untuk rakyat, untuk sesama. Dalam forum-forum, saya berbicara apa yang saya lihat. ” kata Rosni, yang bukan sekali saja dihadang dalam perjalanan dari Meulaboh menuju Banda Aceh,atau Meulaboh-Tapaktuan. Bahkan dia sempat diintrogasi jauh ke luar jalan propinsi. Namun, kendati sebenarnya Rosni gentar juga, seiap melangkah perempuan mantan penyiar ini selalu berpikir, Tuhan SWT akan melindunginya. Kalau pun ajal menjemput, dia tak kan bisa mengelak dari takdir-Nya.

Sebenarnya, Rosni yang salah seorang pendiri Institut Perdamaian Indonesia ini, tak hanya di masa konflik ”berbicara” untuk perdamaian.Secara naluriah, ada dua puluh puisinya bertema perdamaian, yang dirilisnya sejak tahun 80-an. Sekian lama dia bekerja dengan pembuktian-pembuktian melalui koran, wawancara, kliping. Dimana-mana dia berbicara lewat sastra, ceramah, seminar, atau kepada kelompok tertentu, Rosni terus mempromosikan damai. ”Bagaimana kita meraihnya, dan menjaganya, itu yang penting,” harap penerima Anugerah sastra ”Sara Kata” dari Pemda NAD ini dalam nada serius.

Kalau dirunut-runut, ada 31 item aktivitas pascakonflik dan tsumani yang dilakukan Rosni. Semua itu ”beraroma” promotif perdamaian. Tiga di antaranya menghadiri workshop damai Aceh di Jenewa, menghadiri acara dialog dengan elit GAM di Stockholom, dan menghadiri dialog damai di Swedia.

So, sekarang sudah damai, lalu Rosni berhenti? ”Tidak. Saya akan terus menyuarakan damai, dapat atau tidak dapat award,” tegas perempuan yang pernah jadi kandidat Wakil Bupati Aceh Barat dalam Pilkadasung 2006 ini,sembari menyungging senyum keibuannya. Pembicaraan sangat singkat dengan Seumangat, memang tak habis mengungkap siapa perempuan yang belakangan hampir tak punya waktu privasi lantaran sering menjadi panelis ini. Tapi di akhir pembicaraan, Rosni sempat berpesan kepada partai-partai Pemilu, agar selalu komit dengan perdamaian dan turut menjaganya.

(nonlis dcp)



Tidak ada komentar: