16/04/09

LAILISMA SOFYATI : PEREMPUAN CALEG ANTARA HARAPAN DAN KENYATAAN

Tabloid Seumangat / Ed, 47 / 15 April 2009

Hadirnya UU Pemilu dan UU Partai Politik yang mengesahkan setiap partai politik wajib mencalonkan 30% perempuan sebagai anggota legislative, boleh jadi telah menoreh kelegaan tersendiri bagi perempuan. Dra Lailisma Sofyati, sosok yang ketika memimpinBiro Pemberdayaan Perempuan, tak henti-henti bekerja untuk kemaslahatan perempuan, tak memungkiri kegembiraannya.

“Bagi saya, perempuan yang berani maju menjadi caleg, patut diacungkan jempol. Saya sangat menghargai, sangat mendukung, dan benar-benar senang dengan kenyataan tersebut. Apalagi tidak hanya di Aceh. Lihatlah pada masa kampanye lalu, begitu banyak spanduk dengan gambar perempuan, membuat suasana menyambut pesta demokrasi menjadi sangat semarak. Saya percaya, mereka berani maju karena mereka mampu dan punya sesuatu dalam dirinya, yang dapat membantu mereka dalam bekerja, mengemban amanah rakyat, berjuang untuk membuat negeri ini lebih baik lagi,” kata Lailisma kepadaSeumangat.

Menurut Lailisma, kabar kemajuan perempuan Aceh memang bukan cerita baru. Sejarah telah mencatat itu. Perempuan seperti Ratu Nihrasyiah di Samudera Passai, Sri Ratu Safiatuddin di Kerajaan Aceh Darussalam, adalah tiga contoh sukses perempuan Aceh.”Tapi kita tidak boleh terbuai dengan kejayaan masa lalu. Kita harus melihat realita di lapangan. Pemerintah memang sudah berusaha keras memberikan yang terbaik bagi masyarakat. Tapi masih banyak yang perlu dibenahi. Saya yakin, pembangunan akan lebih baik, bila laki-laki dan perempuan bergandengan tangan memikul tanggungjawab pembangunan. Berikan kepercayaan kepada perempuan untuk mengimplementasikan potensi dirinya di segala bidang. Kenyataan yang kita lihat, pada saat wisuda sarjana di perguruan tinggi manapun, yang lulus dengan predikat terbaik, umumnya lebih banyak perempuan daripada laki-laki. Tetapi kemana mereka setelah lulus? Tidak mau mendarmabaktikan diri di tengah-tengah masyarakat? Atau memang kesempatan yang tidak ada. Nyatanya, di daerah kita, baik di legislatif, eksekutif, maupun yudikatif, masihsangat sedikit perempuan yang bisa berkiprah,” ungkap Lailisma lagi.

Dia berharap, bila calon legislatif perempuan terpilih nanti, hendaknya memberi perhatian kepada nasib perempuan yang masih sangat memprihatinkan, terutama perempuan di desa, dan anak-anak. Lailisma mengatakan, saat ini banyak perempuan dan anak-anak yang tertindas, tertimpa tindak kekerasan, anak-anak terlantar, anak-anak yang berhadapan dengan hukum, yang memerlukan uluran tangan dan perhatian kita. ” Soal data bisa didapat lewat koordinasi dengan semua pihak, LSM, Lembaga yang peduli perempuan dan anak, serta pemerintah. Perlu dibangun shelter –shelter dan rumah aman bagi mereka yang membutuhkan. Eksekutif perlu didorong untuk membuat data terpilah, laki-laki dan perempuan, sehingga pembangunan Aceh dapat direncanakan lebih baik.Dengan data terpilah dapat diketahui di suatu daerah siapa yang lebih banyak perlu dibantu, laki-laki atau perempuan? Dalam bidang pendidikan, kesehatan perlu perhatian yang sangat serius. Banyak perempuan miskin dan anak-anak yang perlu dibantu, yang selama ini akses mereka masih sangat terbatas.”

Perhatian yang besar terhadap dua faktor tadi, menurut Lailisma, bukan untuk mengurangi perhatian ke bidang lain. Di semua bidang kehidupan perempuan dan laki-laki harus memperoleh akses dan kesempatan yang sama, yang berkeadilan, sehingga melahirkan keseimbangan.

Itu sebabnya Lailisma menaruh harap kepada calon legislatif, yang bila lolos ke parlemen nanti, bisa berbuat banyak. Bukan hanya datang, duduk, dengar dan diam, sebagaimana suara sumbang bagi perempuan. Dia percaya perempuan di parlemen nanti terus belajar dan belajar. Lalisma pun mengucapkan selamat berjuang, melangkahlah dengan Bismillah.

(nonlis dcp)



Tidak ada komentar: